Serba serbi

Kanker Serviks Penyebab Kematian Tertinggi Kedua Perempuan Indonesia, Kemenkes Targetkan Vaksinasi

Kesehatan

7 Februari 2022 11:28 WIB

Webinar Hari Kanker Sedunia 2022 yang diadakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada Sabtu (6/2). (Foto: Youtube.com/KementerianKesehatanRI)

JAKARTA, solotrust.com - Kanker serviks atau kanker leher rahim menjadi penyebab kematian tertinggi kedua perempuan Indonesia. Dari data Globocan, penderita kanker serviks di Indonesia 2020 mencapai angka 36.633 ribu kasus atau 9,2 persen dari 396.914 penderita kanker, dan setidaknya membunuh 57 perempuan tiap harinya.

Angka tersebut menjadi ironi, sebab dikatakan Ketua Dewan Penasihat Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI), Prof. Adrijono, segala metode pencegahan dari kanker serviks sudah ditemukan.



“Penyebabnya sudah diketahui, metode pencegahannya sudah diketahui, vaksinnya sudah ditetapkan, skriningnya sudah diketahui, terapi sudah diketahui,” katanya dalam acara Webinar Hari Kanker Sedunia 2022 yang diadakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada Sabtu (6/2).

Andrijono menambahkan, vaksinasi Human Papillomavirus Vaccine (HPV) bagi anak usia dini dan skrining bagi yang sudah menikah, menjadi cara paling efektif untuk menekan angka kematian kanker serviks.

Apalagi, dari data penelitian Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), 94 persen penderita kanker serviks stadium lanjut meninggal dalam 2 tahun. Sehingga, pencegahan kanker serviks penting untuk menjadi perhatian bersama.

“Pencegahan paling baik adalah pencegahan primer vaksinasi. Sedangkan skrining menemukan lesi pra-kanker, sehingga bisa diterapi dengan baik,” tambah Andrijono.

Penekanan angka kanker serviks juga penting mengacu pada World Health Organization (WHO) melalui Program Eliminasi Kanker Serviks, yakni 4 kasus per-100 ribu perempuan pada 2030. Sedangkan, di Indonesia dari data Globocan, pada 2020 ditemukan 89 kasus kanker serviks setiap harinya.

Untuk mencapai target itu, ia berharap cakupan vaksinasi HPV (untuk tipe-16 dan tipe-18), skrining, serta terapi dapat tercapai maksimal.

“Diharapkan dapat dicapai dengan cakupan vaksin 90 persen, skrining 70 persen, dan terapi 90 persen,” tegas Andrijono.

Di kesempatan yang sama, Kemenkes melalui Koordinator Substansi Imunisasi Iqbal Djakaria menyampaikan, bahwa pihaknya akan melakukan vaksinasi mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/6779/2021 tentang Program Introduksi Imunisasi Human Papillomavirus Vaccine (HPV) tahun 2022-2024.

Kemenkes akan menargetkan vaksinasi HPV untuk 889.813 anak dari 131 kota/kabupaten pada 2022 ini.

Adapun, distribusi akan dilakukan per-Agustus mendatang di sekolah-sekolah, dengan sasaran anak usia kelas 5 SD untuk dosis pertama, dan kelas 6 SD dosis kedua.

Sementara, untuk anak yang tidak bersekolah akan tetap diberikan vaksin. Kemenkes akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial mendata anak-anak yang tidak bersekolah untuk diberikan vaksin di fasilitas-fasilitas kesehatan.

Iqbal berharap berbagai elemen masyarakat dapat mendukung program vaksinasi HPV tersebut, terlebih Kemenkes akan berupaya mencapai target maksimal kendati terkendala Covid-19.

“Kita tetap berupaya untuk melakukan layanan imunisasi agar sesuai dengan jadwalnya, sebagai upaya untuk melindungi anak kita dari kemungkinan menderita penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan imunisasi,” tandas Iqbal. (dks)

(zend)