Hard News

Revitalisasi TSTJ Dinilai Mampu Tingkatkan PAD Kota Solo

Jateng & DIY

23 Februari 2022 16:35 WIB

ilustrasi perawatan hewan di TSTJ saat pandemi. (Foto: Pemkot Solo)

SOLO, solotrust.com - Pembahasan rencana revitalisasi kebun binatang Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ)  atau Solo Zoo antara Walikota Gibran Rakabuming Raka dan Deputy Director Taman Safari Indonesia Hans Manansang, pada Selasa (22/2) siang di Solo, menyebutkan nilai investasi awal sebesar Rp 20 miliar untuk tahap pertama.

Menurut Direktur Utama (Dirut) TSTJ Bimo Wahyu Widodo, adanya rencana pembangunan TSTJ dengan konsep baru dan nilai investasi sebesar itu dinilai dapat meningkatkan kesejahteraan para satwa dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).



"Ya bisa. Tahun 2017-2018 saja bisa Rp 1,4 miliar kan waktu itu. Nah ini diharapkan lebih. Yang disetorkan ke Pemkot 25 persen sesuai Perda sehingga meningkatkan PAD. Belum pajaknya. Jadi otomatis PAD meningkat juga," tutur Bimo usai pertemuan.

"Yang jelas pendapatan fix dari Pemkot kan pajak, 10 persen dari tiket. Semakin banyak pengunjung kan sudah otomatis, setiap akhir bulan kita bayarkan. Kalau PAD kan tergantung keuntungan, keuntungannya sedang kita hitungkan," imbuhnya.

Konsep baru hasil revitalisasi TSTJ nantinya akan fokus pada memberikan pengalaman yang unik kepada pengunjung serta mengubah konsep kebun binatang lama yang menggunakan kandang untuk hewan menjadi konservasi sehingga hewan bisa leluasa beraktivitas seperti di habitat aslinya.

"Yang membedakan ya lembaga konservasi, edukasi, rekreasi yang lebih baik lagi, dari animal welfare tadi, dari sisi pelayanan, kemudian story. Prinsipnya pariwisata itu kan experience, nah kita berikan experience yang beda dari tempat lain, kita uniknya di mana kita cari," papar Bimo.

Ia menegaskan, dana investasi sebesar Rp 20 miliar tersebut hanya untuk tahap awal saja. Untuk tahap berikutnya, pihaknya belum bisa memperkirakan.

"Jadi sebenarnya tidak cukup Rp 20 miliar tapi kan perlahan-lahan. Kerja sama awal. Setelah itu terealisasi nanti kan ada tambahan-tambahan. Rp 20 miliar itu untuk gerbang, kantor, dan kandang. Apalagi bangunan kantor sejak tahun 1970-an," ungkap Bimo.

Rencananya akan dilakukan penambahan kandang, satwa dan lain-lain termasuk personil kebersihan dan sebagainya. Karena kalau situasi normal, kata Bimo, butuh SDM 120 orang yang sekarang terpaksa disusutkan sementara menjadi 82 orang akibat pandemi.

"Usulan satwa? Dipertahankan dan plus. Konsep konservasi kan yang jomblo dicarikan jodoh misal gajah yang saat ini dimiliki. Pembangunan dilakukan tampa memindah satwa. Tiket sementara tidak naik," tambah Bimo.

Rencana revitalisasi ini dinilai perlu bagi TSTJ yang membuktikan dapat bertahan di tengah hantaman pandemi Covid-19. Kata Bimo, semua itu karena dibantu berbagai pihak yang merealisasikan konsep pentahelix itu dengan menggandeng akademisi, pemerintah, masyarakat, dan dunia bisnis semua gotong royong.

"Jadi tahun 2020 kita rugi Rp 1,5 miliar. Tahun 2021 kemarin alhamdulillah kita bisa untung Rp 150 juta. Dan tidak semua kebun binatang bisa seperti itu, bisa untung. Maka itulah yang menjadi salah satu poin kita walaupun dengan segala kesulitan yang ada kita bisa survive," beber Bimo.

Sebagai informasi, saat ini ada 400 ekor satwa dengan jumlah kandang 80. Tingkat kunjungan selama pandemi rata-rata 300 orang per hari sedangkan Sabtu dan Minggu antara 2 ribu - 3 ribu orang per hari. Sebelum pandemi, kunjungan bisa mencapai 4 ribu di hari Minggu, Sabtu 3.500 orang, dan hari biasa 400 orang.

Terkait bentuk kerjasama antara TSTJ dengan Taman Safari Indonesia seperti apa, Bimo belum bisa menjelaskan, termasuk status TSTJ apakah tetap Perumda atau akan berubah menjadi Perseroda setelah revitalisasi nanti.

"Kalau BUMD itu kan pilihannya cuman dua, Perumda seperti ini atau Perseroda. Untuk mengubah menjadi Perseroda atau tetap dipertahankan menjadi Perumda nanti kita akan koordinasi dengan bagian perekonomian. Bagian perekonomian akan membuat analisa akademik yang layak yang mana terus nanti diundangkan. Saat ini belum fix," jelas Bimo.

Kendati demikian, apapun status TSTJ, kata Bimo, Perda yang ada sekarang memang memungkinkan jalinan kerjasama tersebut.

"Nah bentuk kerjasamanya seperti apa nanti perlu dibicarakan lebih lanjut selama proses desain dan lain-lain. Tapi yang jelas kerjasama untuk revitalisasi dengan Taman Safari ini memang memungkinkan, mau Perumda atau Perseroda, Perdanya memungkinkan," pungkas Bimo. (rum)

(zend)