Serba serbi

Bhikkhu Sri Pannavaro Mahathera: Pentingnya Melatih Kesadaran

Serba serbi

25 Februari 2022 02:35 WIB

Bhikkhu Sri Pannavaro Mahathera (Dok. YouTube Sujiwo Tejo)

Solotrust.com - Pamit untuk meninggalkan keduniawian dan masuk menjadi seorang Bhikkhu tentu saja membuat keluarga yang ditinggalkan sangat berat melepasnya. Pasalnya, apabila pihak keluarga mengizinkan melepas salah satu anggotanya menjadi seorang Bhikkhu, sama saja mengikhlaskannya 'hilang' dari kebersamaan.

Hal itulah yang dialami Bhikkhu Sri Pannavaro Mahathera, pendiri Vihara Mendut pada 1977, saat berbincang dengan Sujiwo Tejo di channel YouTube Sujiwo Tejo sebagaimana dilansir solotrust.com, Kamis (24/02/2022).



"Kalau tidak ada izin orangtua tentu pasamuan biksu itu tidak bisa menerima saya. Akhirnya kompromi dan mengizinkan, tapi saya diminta untuk kuliah dulu sebagai bekal untuk berhubungan dengan masyarakat," kisah Bhikkhu Pannavaro yang kemudian mengambil kuliah psikologi di Universitas Gadjah Mada (UGM).

Keinginan orangtua untuk kuliah terlebih dahulu sebenarnya agar niat Bhikkhu Pannavaro menjadi seorang biksu luntur dan berubah menjadi seorang bisnisman. Namun karena kebulatan tekad, niat itu pun tetap terjaga.

"Paling kuat mendorong keduniawian saya itu, apa yang saya serap dan pahami, yah senang di duniawi itu hanya begitu. Hal itu muncul dari saya SMA. Ada suka, ada senang, tapi sifatnya itu hanya sementara, tidak bisa terus-menerus dan mencari lagi (apabila rasa senang hilang). Ternyata (hidup) hanya seperti itu. Apakah tidak ada yang lebih?," ungkap Bhikkhu Pannavaro.

"Dalam pandangan kami, Buddhis bahwa semuanya tidak ujug-ujug (tiba-tiba-red). Ada kemungkinan kehidupan saya yang lampau karena kami meyakini hidup tidak hanya sekali ini, ada pengalaman menjadi biksu atau pengalaman menjadi spiritual yang lain, sehingga pengalaman yang tidak hilang dan tersimpan dalam arus kesadaran itulah yang mendorong saya (memutuskan ingin menjadi seorang biksu di usia muda)."

"Dalam past life, orang mempunyai pengalaman kehidupan masing-masing," tutur Bhikkhu Pannavaro.

Bhikkhu Pannavaro juga menjelaskan, salah satu cara untuk bisa mengembalikan ingatan masa lampau ialah dengan hipnoterapi. Pengalaman tak hilang dalam menjalani kehidupan tersimpan di arus kesadaran, meskipun tidak semua manusia dapat mengingatnya secara penuh.

"Tiap-tiap orang punya pengalaman yang berbeda dari kehidupan mereka. Pengalaman kehidupan lampau akan bersambung di kehidupan sekarang," terang Bhikkhu Pannavaro.

"Apabila seseorang sering melatih kesadarannya, maka hal tersebut tidak akan menganggu," terangnya tentang pengalaman-pengalaman pahit yang pernah dialami dalam kehidupan, baik kehidupan dari kecil maupun masa lampau.

Bhikkhu Pannavaro menjelaskan pentingnya melatih kesadaran bagi manusia dalam menjalani kehidupan untuk membebaskan dari belenggu memori.

"Kesadaran itu ialah yang membebaskan diri dari pola-pola kebiasaan baik maupun buruk yang melekat," tutur dia.

Bhikkhu Pannavaro menambahkan untuk bisa melatih kesadaran, dibutuhkan latihan meditasi Buddhis. Dalam hal ini dengan menyadari berbagai pengalaman hidup, baik suka maupun duka hingga pikiran menjadi tenang dan damai serta mencapai kesadaran murni, meski hanya sesaat. Pencapaian ini seeing dikenal luas sebagai bebas dari penderitaan.

Pentingnya melatih kesadaran, menurut Bhikkhu Pannavaro juga dapat mengantisipasi apabila seseorang tengah mendapatkan masalah. Jika perasaan-perasaan buruk dari dalam hadir dapat segera ditanggulangi, sehingga bisa lebih jernih dalam berpikir dan melakukan langkah keputusan tepat. (dd)

(and_)