Pend & Budaya

Kisah Butet Kartaredjasa harus Manggung di Tengah Suasana Duka

Pend & Budaya

18 Maret 2022 22:33 WIB

Butet Kartaredjasa dalam pementasan Tabib Suci di GOR PT Pupuk Kaltim Bontang Kalimantan Timur, Kamis (17/03/2022). (Foto: Instagram @masbutet)

Solotrust.com - Menghibur orang lain ketika hati atau perasaan sedang bersedih tentunya bukanlah perkara sederhana. Perlu kebesaran hati agar bisa menjalankan tanggung jawab sebagai seorang penghibur atau seniman dengan baik.

Itulah yang terjadi dengan Butet Kartaredjasa yang harus menjalankan program Indonesia Kita dengan memanggungkan Tabib Suci di GOR PT Pupuk Kaltim Bontang Kalimantan Timur, Kamis (17/03/2022). Saat itu dirinya tengah diliputi suasana duka lantaran sehari sebelum pementasan, salah satu kru sound engineer-nya, Antonius Gendel meninggal dunia.



"Ati growong," tulis akun Instagram @masbutet, Jumat (18/03/2022).

" Sungguh sulit menyumbat ati yanggrowong. Selagi kami berada di puncak kesedihan, saat yang sama harus menciptakan kejenakaan sebagai tuntutan profesional. Hati yang seharusnya dihibur, justru diminta menghibur," ungkap Butet Kartaredjasa dalam postingannya.

Pria kelahiran Yogyakarta menambahkan, para penonton tak perlu tahu tentang kesedihan mendalam yang dirasakan hampir seluruh awak pementasan Tabib Suci.

Antonius Gendel sendiri meninggal dunia di Bontang ketika tengah menyiapkan tata suara pada pertunjukan Tabib Suci. Mirisnya lagi, seluruh awak pementasan terpaksa tidak bisa mengikuti pemakaman lantaran harus menyelesaikan acara.

"Sungguh nyesek banget, tapi tanggung jawab profesional mengharuskan kami tetap tegar, teguh hati, seakan-akan tak terjadi apa-apa," kenang Butet Kartaredjasa tentang salah satu sahabatnya yang sudah terlibat kerja bareng selama 25 tahun, baik di Kua Etnika maupun Sinten Remen.

Kejadian ini bukan sekali dialami putra koreografer dan pelukis Indonesia, Bagong Kussudiardjo. Ia pun terkenang pada 2004 silam ketika padepokan ayahnya tengah menyiapkan pementasan tari di Jakarta. Namun rupanya takdir berkata lain lantaran tiba-tiba Bagong Kussudiardja sebagai pemimpin padepokan meninggal dunia.

Kondisi serupa kembali terulang pada 2019 ketika sang adik, Djaduk Ferianto meninggal dunia kala tengah menyiapkan Ngayogjazz.

"Pagi hari kami seperti lumpuh menghadapi fakta Djaduk wafat. Siang kami makamkan dan malamnya saya harus memenuhi komitmen dengan Oppie Andarista: membacakan puisi-puisinya Joko Pinurba di Gedung Societet TBY." ungkap Butet Kartaredjasa. (dd)


(and_)