SOLO, solotrust.com - Minyak goreng jenis curah masih menjadi komoditas yang harganya fluktuatif alias naik-turun hingga Ramadan kali ini.
Harga di beberapa distributor pun masih belum seragam kendati pemerintah melalui Permendagri nomor 11 Tahun 2022 menyeragamkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng curah Rp14 ribu/liter atau Rp15 ribu/kg.
Tidak hanya belum seragam, beberapa distributor pun masih belum memiliki pasokan yang pasti. Sementara itu, CV Sentosa di Pasar Legi, Setabelan, Banjarsari, Solo, menjadi salah satu distributor yang masih memiliki stok dan menjual dengan HET.
Tak ayal, toko ini masih diburu para pembeli yang mayoritas merupakan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan para pengecer.
Salah satunya pemilik usaha gorengan asal Tipes, Wati, yang mengaku rela mengantre setiap hari di toko tersebut demi memenuhi 1 jeriken minyak goreng jualannya.
"Tiap hari antre, sehari 1 jeriken," katanya kepada Solotrust.com, Sabtu (9/4) siang.
Pada kesempatan kali ini, Wati mengaku rela mengantre dari jam 11.00 WIB dan masih menunggu antrean hingga 12.45 WIB. Sementara, toko tersebut juga sempat kehabisan pasokan Sabtu (9/4) siang hingga distok ulang sekitar pukul 13.00 WIB.
Untuk mendapatkan minyak ini, Wati juga meninggalkan usahanya. Ia menjalankan usahanya pada pagi hari dan malam hari, sedangkan di sela-sela waktu tersebut ia gunakan untuk mengantre minyak goreng.
"Berjam-jam (antre), maksimal jam 3 sore. Pagi goreng, selesai antre sini, malam goreng lagi," terang Wati.
Diungkapkannya, selama mengantre di toko tersebut harga minyak juga tak jarang naik-turun, dari Rp14.300 hingga Rp15 ribu pada Sabtu (9/4) ini.
"Ini 15 ribu, kemarin-kemarin 14.700 dua hari yang lalu. Di tempat lain mahal, kalau kemasan nggak cocok buat jualan, keduwuren (ketinggian harganya-red)," ungkapnya.
Pernah antre dari Subuh hingga pernah ada pengantre pingsan
Tak jarang, Wati juga rela mengantre sejak dini hari padahal toko baru dibuka pukul 8.30 WIB. Tak hanya ia sendiri, beberapa pembeli pun melakukan demikian.
"Saya pernah antre jam 3 pagi, bukanya jam setengah 9, lha wong jam 3 antrean nomor 13, itu antrean juga inisiatif orang bikin antrian," terang Wati.
Dari penuturannya, ia juga sempat menyaksikan pengantre yang pingsan di lokasi.
"Kemarin ada yang pingsan pagi jam 9," ujarnya.
Sementara Wati mengatakan, selain minyak tersebut digunakannya sendiri, juga ia gunakan untuk diecer ke pedagang lain.
"Kadang dipakai sendiri, kadang buat tetangga, kasian sama-sama pedagang butuh. Masjid juga kan butuh buat buka bersama," terangnya. (dks/ghozi)
(Wd)