SOLO, solotrust.com – Rumah Pelayanan Sosial Disabilitas Netra Bhakti Chandrasa Solo mengadakan kegiatan keagamaan rutin harian sehabis salat dzuhur, Rabu (13/4) di Masjid Nurul Huda yang berlokasi di dalam kompleks panti. Para murid di panti tersebut dibimbing mengikuti kultum dan tadarus.
Sedianya, kegiatan keagamaan ini berakhir sekitar sejam setelah salat Zuhur. Namun, saat Solotrust.com menyambangi masjid, beberapa murid tak langsung meninggalkan area masjid. Mereka nampak khusyuk mengaji dengan menggunakan Al-Quran braile.
Salah satunya, Wahid Nur Hidayat, yang pada siang hari itu membaca 5 ayat dari Juz 16 Al-Quran secara mandiri seusai tadarus. Wahid mengaku, dalam sehari ia menargetkan 1 juz yang dibaca mandiri maupun bersama-sama.
“Targetnya satu tapi kadang lebih. Kadang (baca) sendiri, tapi kalau di sini habis salat itu bersama-sama,” terang Wahid saat ditemui Solotrust.com usai kegiatan kultum salat Zuhur Rabu (13/4) siang.
Sementara, ia mengungkapkan termotivasi untuk memahami terjemahan dan mengamalkan Al-Quran. Dari situ, Wahid mampu membaca paling banyak 2 juz Al-Quran dalam sehari.
“Setiap harinya kadang bisa 1-2 juz, mandiri. Paling banyak sehari 2 juz,” bebernya.
Dalam membaca Al-Quran, Wahid termotivasi untuk memahami tafsir serta mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran.
“Ingin sekali untuk membaca Al-Quran sebanyak-banyaknya dan memahami terjemahan, dan mengamalkannya,” katanya.
Cerita kesulitan awal belajar Al-Quran
Wahid terlihat faseh dalam membaca Al-Quran menggunakan huruf braile. Namun tak sekonyong-konyong anak muda ini mampu lancar membaca huruf Arab. Ia mengaku sempat kesulitan di awal-awal membaca Al-Quran dari pengenalan huruf hijaiyah hingga hukum bacaan tajwid.
“Kalau dulunya waktu awal-awal, waktu belajr, yang pasti [kesulitan] mengafalkan huruf-hurufnya dari alif sampai ya’. Kemudian setelah itu kan biasanya untuk Al-Quran belajar hukum bacaan tajwid-tajwidnya,” beber Wahid.
Berkat bimbingan pengajar di Rumah Layanan tersebut, kini Wahid mampu membaca hingga 2 juz dalam sehari. Dalam pengajaran itu, Wahid dituntun untuk langsung mengenali huruf-huruf hijaiyah tanpa menggunakan media Iqra.
“Tapi kalau setelah itu sudah lancar. Dulu langsung dikenalkan huruf-hurufnya, alif seperti ini, ba seperti ini sama guru,” terangnya.
Sementara itu, kegiatan baca Al-Quran ini merupakan salah satu agenda keagamaan rutin di Rumah Pelayanan Disabilitas Netra tersebut. Salah satu pengajar, Sartono mengatakan kegiatan ini juga dilaksanakan di bulan-bulan biasa atau di luar bulan Puasa.
Ia pun mengungkapkan, murid-muridnya aktif mengikuti kegiatan baik dengan bimbingan maupun secara mandiri.
“Kegiatan di sini, baik di bulan Ramadan maupun di luar Ramadan, kegiatan agama itu selalu diadakan, terutama sehabisa Zuhur dan sehabis Magrib, anak-anak baik sendiri baik sendiri maupun ada pembimbing tiap sorenya,” katanya.
“Untuk yang bersama itu minimal 4-6 ayat, kadang-kadang yang ayatnya panjang 2 saja, setiap habis Zuhur itu ada baca Al-Quran terus ada kajian sesuai ayatnya dan jadwalnya,” imbuh Sartono.
Sedangkan, pada bulan Ramadan ini kegiatan kegamaan akan digiatkan. Salah satunya dengan adanya tadarus dan kultum sehabis salat Tarawih dan pada salat Subuh.
“Untuk bulan Ramadan kegiatan khususnya adalah tarawih dan diperbanyak kultum, setelah subuh, habis Zuhur, dan nanti menjelang Magrib, dan tarawih kultum serta belajar sendiri malam hari,” pungkasnya. (dks)
(zend)