Solotrust.com - Anjing memang dikenal sebagai sahabat manusia. Anjing identik dengan kesetiaannya dan kerap dijadikan hewan peliharaan.
Dalam sebuah penelitian berjudul Emotional Contagion From Humans to Dogs Is Facilitated by Duration of Ownership (Penularan Emosional Dari Manusia ke Anjing Difasilitasi oleh Durasi Kepemilikan), yang dilakukan oleh sekelompok peneliti Jepang, yang dipublikasikan dalam jurnal psikologi Frontiers, ditemukan alasan mengapa anjing memang adalah sababat manusia.
Anjing dikatakan adalah hewan yang unik dan merupakan spesies tertua yang dijinakkan. Anjing telah hidup berdampingan dengan manusia selama lebih dari 30.000 tahun dan terjalin ke dalam masyarakat manusia sebagai mitra yang terikat dengan manusia.
"Anjing telah memperoleh keterampilan komunikasi seperti manusia dan, kemungkinan sebagai hasil dari proses domestikasi, kemampuan untuk membaca emosi manusia. Oleh karena itu, mungkin ada penularan emosional antara manusia dan anjing. Namun, resolusi waktu yang lebih tinggi dari pengukuran penularan emosional di antara mereka belum dilakukan," kata peneliti.
Para peneliti dari Universitas Azabu itu melakukan analisis rinci tentang perubahan detak jantung anjing dan pemiliknya untuk mempelajari kemampuan hewan untuk berempati dengan manusia.
"Kami menilai reaksi emosional anjing dan manusia dengan variabilitas detak jantung, yang mencerminkan emosi, di bawah kondisi stres psikologis pada pemiliknya," kata peneliti.
Eksperimen dilakukan pada 34 anjing berukuran kecil hingga besar dan pemiliknya, yang direkrut di rumah sakit dan taman hewan.
"Kami bertanya kepada pemilik tentang kondisi kesehatan mereka dan anjing mereka sebelum memulai percobaan. Anjing dengan masalah perilaku atau fisik dikeluarkan. Informasi anjing yang meliputi umur, jenis kelamin, pengasuhan, ras, durasi kepemilikan, dan durasi harian waktu yang dihabiskan dengan anjing diperoleh dari pemilik. Semua prosedur eksperimental telah disetujui oleh Komite Etika Hewan Universitas Azabu," jelas peneliti.
Percobaan berlangsung di ruang percobaan di Universitas Azabu. Untuk menghambat rangsangan yang diberikan kepada anjing selain pemiliknya, dibuatlah sekat antara penonton dan anjing, dan anjing hanya bisa melihat pemiliknya. Anjing itu diikat longgar dengan tali dan tidak bisa keluar dari kompartemen (1,5 m × 2 m). Pemilik dan penonton duduk di kursi dan tidak berjalan atau berdiri selama percobaan. Pada sesi kontrol, pemilik hanya membaca dokumen. Penonton tidak diizinkan untuk memberikan komunikasi suara kepada pemilik di kedua sesi.
Detak jantung anjing dan pemiliknya diukur pada interval 15 detik, dan perilaku anjing dianalisis berdasarkan rekaman video.
Hasilnya menunjukkan indikator tingkat relaksasi berubah dengan cara yang sama untuk hewan peliharaan dan pemilik di beberapa pasangan. Sinkronisasi lebih mungkin terjadi ketika pemilik telah terikat dengan hewan peliharaannya dalam jangka waktu yang lebih lama.
Penelitian menemukan bahwa anjing berempati dengan pemiliknya, terutama ketika pemiliknya merasa sedih atau mungkin tidak sehat. Anjing betina ditemukan cenderung menunjukkan lebih banyak simpati daripada anjing jantan mereka. (Lin)
(zend)