SOLO, solotrust.com - Keraton Kasunanan Solo menggelar Hajat Dalem Kirab dalam memperingati malam selikuran atau Lailatul Qadar, 21 Pasa Tahun Alip 1955, Jumat (22/4) malam.
Dalam acara adat ini, 500-an abdi dalem membawa lampu ting (lentera), miniatur bulan; bintang; masjid, serta jodhang bertuliskan PB X berisi seribu tumpeng kecil.
Kirab dimulai pukul 20.55 abdi dalem tersebut mulai berjalan dari Keraton Kasunanan Solo menyusuri supit urang keraton sisi barat diiringi sholawat hingga Masjid Agung Solo sekira pukul 21.20 WIB.
Acara adat malam selikuran dilanjut dengan pembacaan doa dari para ulama hingga kemudian dilakukan pembagian seribu tumpeng setelah prosesi tersebut. Pantauan Solotrust.com, pembagian seribu tumpeng itu belangsung kondusif tanpa menimbulkan kericuhan.
Sementara itu, seribu tumpeng ini memiliki makna simbolis dan filosofis, bahwa pahala di malam Lailatul Qadar setara dengan pahala ibadah seribu bulan atau 83 tahun.
"Seribu tumpeng itu bermakna bahwa siapapun yang mendapatkan keutamaan malam Lailatul Qodar dinilai sebagai Ibadah 83 tahun berturut-turut," kata takmir Masjid Agung Solo, HM Muhtarom kepada awak media Jumat (23/4) usai kirab.
Diharapkan, masyarakat yang turut mengikuti kirab ini mendapatkan keberkahan malam 21 Ramadan atau malam Lailatul Qadar.
"Mudah-mudahan kita semua mendapatkan kefadilan semacam itu, keraton dalam hal itu menyongsong dengan membagikan 1000 tumpeng kemudian dibagikan kepada masyarsakat," ucapnya.
Setelah pembagian tumpeng, abdi dalem mulai meninggalkan Masjid Agung untuk kembali ke Keraton Kasunanan Solo.
Sementara, setelah acara Hajat Dalem Kirab ini merupakan acara adat yang digelar pihak Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Paku Buwana (PB) XIII. Di waktu berdekatan, pihak Lembaga Dewan Adat (LDA) keraton melakukan kirab setelah kirab dari pihak PB XIII. (dks)
()