Pend & Budaya

FSRD ISI Incar Pekerja Digital Printing Ikut Pameran Typefest

Pend & Budaya

12 Mei 2022 16:05 WIB

Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Seni Indonesia (ISI) Solo menggelar pameran typografi bertajuk Typefest Rhetoric of Maxim di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Selasa hingga Jumat (10-13/05/2022). (Foto: Dok. solotrust.com/dks)

SOLO, solotrust.com – Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Seni Indonesia (ISI) Solo menggelar pameran typografi bertajuk Typefest Rhetoric of Maxim. Menampung karya-karya kreator dan desainer dari 20 kampus di 12 negara, acara dihelat di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Selasa hingga Jumat (10-13/05/2022).

Peserta mancanegara berasal dari Mesir, Hungaria, Iran, Italia, Malaysia, Polandia, Rusia, Taiwan, Timor Leste, Turki, Mexico, dengan 48 karya dan 31 peserta. Sementara dari dalam negeri terdapat 280 karya dari 180 peserta.



Kendati mampu menghadirkan karya-karya desainer dan kreator mancanegara, Ketua Panitia Typefest Rhetoric of Maxim, Ipung Kurniawan Yulianto, mengatakan pihaknya ingin lebih terbuka dalam menggaet peserta.

Ipung Kurniawan Yulianto juga ingin mengajak para pekerja berkecimpung di dunia tulisan, seperti editor media massa hingga pekerja digital printing untuk turut berpartisipasi dan mengenalkan seni typografi. Dikatakan, sejauh ini peserta mayoritas berasal dari kalangan kampus.

“Tahun depan yang ikut bukan hanya perupa dan desainer, tetapi kami mengundang misalnya editor dari surat kabar, tukang setting pinggir jalan, digital printing, itu juga pengguna typografi. Kami ingin mengundang teman-teman dari luar kampus, ayo bareng-bareng memulaikan typografi,” katanya kepada solotrust.com, Rabu (11/05/2022).

Typefest 2022 merupakan gelaran perdana. Rencananya, Typefest akan dihelat rutin tiap dua tahun sekali.

Pada gelaran perdana, Ipung Kurniawan Yulianto menyebut kreator dan desainer belum maksimal dalam mengeksplorasi font dan pesan lantaran kesulitan dalam menerjemahkan brief. Hal itu pun menjadi evaluasinya ke depan.

Namun, pihaknya tak muluk-muluk mematok target pada Typefest dua tahun mendatang.

“Pagelaran pertama ini cukup klise, masih cek ombak, dari peserta ini masih malu-malu dan menebak seperti apa. Brief-nya untuk awalan cukup berat karena harus membaca banyak banget yang kami tuliskan di kuratorial, sehingga teman-teman ada kebingungan untuk menerjemahkan,” ujar Ipung Kurniawan Yulianto.

“Ke depannya kami mencoba menyederhanakan brief-nya lagi. Dua tahun lagi kalau target gede enggak, tetapi kalau [lebih] gayeng (seru-red) iya. Lebih terbuka [pesertanya], temanya lebih kami sederhanakan dan brief-nya bisa terbaca lebih mudah,” pungkasnya. (dks)

(and_)