Viral

Rekor! Karyawan Google Cloud Berhasil Hitung Nilai Pi Hingga 100 Triliun Digit

Viral

14 Juni 2022 16:55 WIB

π (Pi) (Sumber: Pixabay/geralt)

Solotrust.com -Rekor penghitungan nilai Pi (π) kembali pecah. Jika sebelumnya pada Mei 2022 Thomas Keller dan timnya dari Swiss mendapatkan lebih dari 62 triliun digit nilai Pi, hingga ditetapkan dalam rekor Guinness, nilai itu terlampau sekarang di tangan salah satu karyawan Google Cloud bernama Emma Haruka Iwao.

"Kami melakukannya lagi! Kami berhasil menghitung 100 triliun digit menggunakan @googlecloud," cuit Iwao dalam Twitternya @Yuryu baru-baru ini.



Iwao adalah advokat developer Google Cloud. Tiga tahun lalu dia mencetak rekor untuk jumlah digit yang dihitung untuk pi, yakni hingga 31,4 triliun digit. Sekarang, dengan menggunakan program y-cruncher Google Cloud yang sama, Iwao dapat menemukan pi hingga digit ke-100 triliun.

Berdasarkan keterangan lebih lanjut di blog Google Cloud (8/6), setelah memulai proses pada Oktober 2021, komputer membutuhkan waktu hingga Maret 2022 untuk selesai. Pada 157 hari, dibandingkan dengan 121 hari yang dihabiskan untuk mencari tahu angka yang lebih pendek pada tahun 2019, angka tersebut meningkat lebih dari dua kali lipat.

Menurut Iwao, dia menggunakan alat dan teknik yang sama, tetapi peningkatan kecepatan ini disebabkan oleh bagaimana bagian-bagian dari Google Cloud telah meningkat sejak saat itu dengan jaringan 100 Gbps, Persistent Disk yang seimbang, dan fitur lain.

Perbedaan signifikan lainnya adalah sejumlah besar data yang diproses untuk menghitung angka sejauh ini. Selama perhitungan pemecahan rekor pertama, komputer memproses sekitar 19.000 TB (terabyte) data. Kali ini untuk menghitung 100 triliun digit, komputer memproses sekitar 82.000 TB data.

"Anda mungkin tidak perlu menghitung triliunan desimal, tetapi penghitungan besar-besaran ini menunjukkan bagaimana infrastruktur fleksibel Google Cloud memungkinkan tim di seluruh dunia mendorong batas eksperimen ilmiah. Ini juga merupakan contoh keandalan produk kami, program berjalan selama lebih dari lima bulan tanpa kegagalan node, dan menangani setiap bit dalam 82 PB disk I/O dengan benar. Peningkatan infrastruktur dan produk kami selama tiga tahun terakhir memungkinkan penghitungan ini," kata Google terkait pentingnya pencapaian ini.

Ya, semasa sekolah kita tentu pernah menggunakan π (Pi) saat pelajaran matematika, yang umumnya digunakan sebagai konstanta untuk menghitung objek seperti bola dan tabung. Pi yang kita gunakan adalah 22/7 atau 3,14, meski ilmuwan terus menghitung angka-angka lain dibelakang koma itu.

Melansir dari laman Kemdikbud.go.id, berdasarkan paparan dari Tundung Memolo, guru dari SMPN 2 Kalibawang Kab. Wonosobo, Pi (π) merupakan simbol yang digunakan oleh matematikawan untuk mewakili rasio keliling lingkaran dengan diameternya.

Pi ini dituliskan dengan huruf Yunani π kecil, yang dieja sebagai pi, dan berasal dari huruf pertama dari kata Yunani perimetros, yang berarti keliling.

Pi adalah bilangan irasional, artinya bilangan tersebut tidak dapat ditulis sebagai rasio/perbandingan dua bilangan bulat. Pecahan seperti 22/7 umumnya digunakan untuk memperkirakan (aproksimasi) dari π, tetapi tidak ada pecahan biasa (rasio bilangan bulat) yang dapat menjadi nilai pastinya).

Terdapat istilah bilangan rasional dan irasional dalam matematika. Sebagai pengingat, bilangan seperti 6; 0,5; 0,666666 …., -8, -1/5, atau 1/8 dikenal sebagai bilangan rasional. Semua angka-angka ini dapat ditulis dalam bentuk pecahan sebagai p/q, yangmana bilangan p dan q adalah bilangan bulat. Bilangan rasional memiliki sifat yang diakhiri dengan representasi desimal mereka (seperti 3,6 atau 1,54), atau dengan pengulangan (seperti 0,66666 … = 2/3 atau 0.28571428571 … = 2/7).

Sebaliknya, bilangan irasional adalah bilangan yang tidak mungkin dinyatakan sebagai pecahan p/q, yangmana p dan q adalah bilangan bulat. Contoh terkenal bilangan irasional adalah √2, konstanta e = 2.71828 …., dan konstanta π = 3.14159 …

Oleh karena π tidak rasional, ia memiliki jumlah digit yang tak terbatas dalam representasi desimalnya, dan ia tidak menetap dalam pola angka berulang yang tak terhingga.

Terkait alasan mengapa 22/7 dipilih sebagai Pi, itu sebenarnya adalah nilai aproksimasi dari Pi dan bukan Pi itu sendiri. 22/7 dipilih untuk tujuan praktis karena kita membutuhkan nilai perkiraan π untuk menghitung volume objek seperti kerucut, tabung, dan bola.

Algoritma pertama yang tercatat untuk menghitung nilai π adalah pendekatan geometris menggunakan poligon, dirancang sekitar 250 SM oleh ahli matematika Yunani, Archimedes.

Algoritma poligonal ini mendominasi selama lebih dari 1.000 tahun, dan sebagai hasilnya π kadang-kadang disebut sebagai konstanta Archimedes.

Archimedes menghitung batas atas dan bawah π dengan menggambar segi enam reguler di dalam dan di luar lingkaran, dan berturut-turut menggandakan jumlah sisi sampai ia mencapai poligon reguler 96 sisi. Dengan menghitung keliling-keliling poligon ini, ia membuktikan 223/71 < π <22/7 (yaitu 3,1408 < π <3,1429). (Lin)

(wd)