SOLO, solotrust.com - Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menegaskan ia akan serius menggejar predikat Kota Kreatif UNESCO alias UNESCO Creative City Network (UCCN) tahun depan. Ini adalah usaha ke-tiga yang dilakukan Kota Solo setelah sebelumnya dua kali mengajukan hal yang sama pada tahun 2014 dan 2019 silam.
Keseriusan Gibran digencarkan salah satunya saat ia mendampingi pelaku usaha asal Solo di pameran Paris in Java awal bulan lalu. Gibran menyebut ia sempat menemui pihak UNESCO untuk menilik dua kali kegagalan tersebut. Menurutnya, dua kali kegagagalan itu lantaran Pemkot Solo kurang serius dalam menggarap Kota Kreatif.
"Makanya saya sempatkan ke sana, ke UNESCO ini salahnya apa kok dua kali gagal terus, dikasih tahu, ternyata memang memang memalukan, proposalnya jelek banget kok, besok saya perbaiki lagi,"ujar Gibran usai menghadiri Workshop Kabupaten/Kota (KaTa) Kreatif di Kampung Baluwarti, Solo, Sabtu (2/7) siang.
Ia mengungkapkan jika selama ini data-data yang diajukan ke UNESCO kurang detail. Hal tersebut yang menurutnya perlu diperbaiki Kota Solo untuk kembali ke UNESCO. Lebih lanjut, ia menilai selama ini event di Solo belum dikemas sedemikian rupa untuk memantapkan rupa di depan UNESCO.
"Datanya sedikit, foto-fotonya sedikit, portfolio sedikit, promosinya sedikit," tuturnya.
"Seni festivalnya sudah banyak, tetapi kurang tematik dan kebanyakan seremonial," imbuh Gibran.
Terlebih, menurutnya pertunjukan seni budaya serta festival menjadi daya tarik utama dari Kota Solo. Hal itu yang membuat Gibran tak kapok kembali ke lubang yang sama. Selain itu, menurutnya kembalinya Solo dalam memperjuangkan predikat Kota Kreatif juga sudah sesuai arahan UNESCO.
"Potensi ada, nyat ra digarap wae (memang tidak dikerjakan saja-red), komunitas berjalan sendiri-sendiri makanya saya ke sana. Karena potensinya di situ kok, festival ini masih menarik, Solo ini Kota Festival, itu sesuai arahan dari UNESCO langsung," jelasnya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menegaskan pemerintah akan terus mengawal ajuan Kota Solo ke UNESCO. Menurutnya keberhasilan ajuan Solo ke UNESCO nantinya akan menggeliatkan perekonomian dalam sektor seni-budaya pertunjukan.
Selain itu, nantinya predikat Kota Kreatif subsektor Seni Pertunjukan akan menjadi ekosistem yang baik untuk kelestarian dan keberlangsungan budaya di Solo.
"Otomatis akan menjadi ekosistem yang dipantau langsung oleh UNESCO agar para pelakunya melestarikan seni pertunjukan, budaya, dan juga kegiatan-kegiatan," ujarnya.
Sandi menyebut, Kota Solo menjadi satu-satunya kota sudah disiapkan untuk diajukan ke UNESCO tahun depan. Sementara pada tahun ini, pemerintah mengajukan Kota Ponorogo dan Bitung ke UNESCO. Ia menerangkan dalam setahun, pemerintah mengajukan dua kota ke UNESCO.
"Tahun ini ada dua, Kota Bitung dan Kota Ponorogo, Bitung untuk kuliner tuna, dan Ponorogo reyog. Kalau tahun depan baru Solo, tiap tahun kita hanya ada dua," terang Sandi. (dks)
(zend)