Hard News

Indonesia Upayakan Pelarangan Ekspor Komoditas Tambang untuk Energi Berkelanjutan

Nasional

6 Juli 2022 17:04 WIB

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) usai Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG) Meeting di Hotel Alila, Solo, Rabu (6/7) siang. (Foto: Dok. Solotrust.com/dks)

SOLO, solotrust.com - Indonesia akan melakukan investasi dalam pengelolaan sumber daya alam dengan melakukan hilirisasi lewat pertemuan Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG) G20 kedua di Solo, Rabu (6/7).

Untuk diketahui, hilirisasi merupakan proses meningkatkan nilai tambah dengan mengolah atau memurnikan bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau jadi.



Hal itu disampaikan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. Menurut Bahlil, program hilirisasi tersebut sejalan dengan visi Presiden Republik Indonesia (RI) tentang transformasi ekonomi.

Untuk mewujudkan rencana tersebut, Indonesia mesti memperjuangkan hilirisasi ekspor nikel, bauksit dan timah. Demikian, Bahlil mengaku, pihaknya belum bisa memastikan waktu penyetopan ekspor bauxit.

"Baru kami kaji sekarang, tapi rencananya 2022 ini," kata Bahlil.

Lebih detail soal timah pelarangan ini diusahakan lantaran Indonesia penghasil timah terbesar nomor 2 setelah Tiongkok.  Sedabgkan, Indonesia menempati posisi teratas pengekspor timah dunia.

Hingga saat ini, menurut Bahlil, Indonesia baru melakukan hilirisasi tidak lebih dari 5 Persen.

Selain itu, Bahlil menegaskan, Indonesia juga akan melarang ekspor listrik memakai energi baru dan terbarukan (EBT) ke dunia.

"Indonesia sendiri saja belum cukup untuk apa melakukan ekspor," katanya.

Namun, ia mempersilakan bagi yang ingin berinvestasi di indonesia, tetapi listriknya hanya akan dipakai untuk indonesia.

"Kalau orang bangun industri bangun di indonesia tapi jangan ambil bahan baku di sini," tegasnya. (dks)

(zend)