Hard News

Prediksi Bawaslu Pemilu 2024 Peran Sosmed Lebih Masif Dari Pemilu Sebelumnya

Sosial dan Politik

15 Juli 2022 14:18 WIB

Ketua Bawaslu Jawa Tengah, Fajar Saka di ruang kerjanya, Kamis (15/7). (Foto: Dok. Solotrust.com/fj)

SEMARANG, solotrust.com - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jawa Tengah sudah mulai memetakan berbagai isu dan persoalan yang akan dihadapi di pemilu serentak 2024. Salah satu tantangannya, peran dan pengaruh berita media sosial yang makin kuat dari pemilu sebelumnya.

Masifnya pengguna sosial media (sosmed) tidak lepas dari masuknya anak muda dalam perpolitikan.



"Penggunaan sosial media di pemilu 2024 pasti lebih masif dari pemilu-pemilu sebelumnya," ujarnya kepada Solotrust.com, Kamis (15/7).

Alasannya, pemilu 2024 akan banyak didominasi pemilih pemula dan anak muda. Fajar menyampaikan jika pemilih pemula diperkirakan jumlahnya sangat besar, persentasenya lebih dari 50 persen. Mereka sangat paham dunia sosial media.

Sama halnya dengan pemilih muda. Perhitungannya, besar usia pemilih muda di bawah 40 tahun yang intensif menggunakan sosmed.

"Nah paham sosial media ini jangan sampai hanya mengerti klik dan share gitu tanpa menjaring informasi, kalau kita bisa gandeng anak-anak muda, harapannya bentengnya lebih kuat," papar Fajar.

Lebih lanjut, pihaknya pun tidak bisa melarang seseorang menggunakan telepon seluler (ponsel/hp) pribadi ketika misalnya proses perhitungan suara. Sebab, demokrasi melindungi hak seseorang, termasuk hal memakai ponsel.

"Masak pas pemilu dilarang pakai Hp, dilarang menggunggah soal pemilu, kan nggak mungkin, wong ini demokrasi," ujarnya.

Bagaimana pun, Bawaslu akan menyediakan informasi yang tepat sasaran kepada masyarakat mengenai proses dan jalannya pemilu.

Bersama dengan anak muda, Bawaslu akan lebih mudah berkreasi membuat konten di medsos. Bawaslu akan menyuplai materi untuk dapat dijadikan konten berisi informasi yang tepat.

"Mereka yang membuat konten, sesuai dengan semangat anak muda, kita menyediakan materi, cara mengemasnya dan menyampaikannya mereka yang lebih paham," jelasnya.

Fajar berharap dengan adanya Sekolah Kader Pengawas Partisipatif (SKPP) dan Saka Adyasta yang mayoritas adalah anak muda, harapannya mampu membantu Bawaslu mengimbangi informasi di media sosial. (fj)

(zend)