Pend & Budaya

SD Negeri di Solo Kurang Murid, Pakar Pendidikan: Masyarakat Sudah Melek Pendidikan

Pend & Budaya

15 Juli 2022 14:33 WIB

Pakar pendidikan sekaligus Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Solo (UMS), Prof Harun Joko Prayitno. (Foto: Dok. Solotrust.com/dks)

SOLO, solotrust.com - Dinas Pendidikan (Disdik) Solo mencatat terdapat sejumlah 10-an Sekolah Dasar Negeri (SDN) yang kekurangan murid, atau mencatat tak lebih dari 10 siswa baru dalam satu rombongan belajar (Rombel) selama Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun Ajaran (TA) 2022-2023. Padahal, kuota minimum satu rombel SD yang ditetapkan yakni sebanyak 20 siswa dalam satu kelas.

Fenomena itu ditengarai sebagai imbas adanya sistem zonasi sekolah hingga masalah demografi beberapa wilayah yang kekurangan murid tersebut.



Sementara itu, melihat fenomena ini pakar pendidikan sekaligus Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Solo (UMS), Prof Harun Joko Prayitno menilai, minimnya pendaftar di beberapa sekolah disebabkan preferensi alias pilihan masyarakat dalam memilih sekolah di era kompetisi global dewasa ini.

Menurutnya, hanya sekolah yang menjamin mutu yang akan mampu bertahan dan tetap memiliki pendaftar. Faktor ini mesti menjadi perhatian pihak sekolah serta para pemangku kebijakan; agar tak gugur dalam persaingan.

"Sekolah-sekolah itu harus terhentak, terbuka, terbelala, bahwa sekarang masyarakat sudah melek pendidikan. Hanya sekolah yang bermutu, profesional, dan berintegritas yang mampu bertahan, (serta) bisa membanderol kepercayaan masyarakat," ujarnya ditemui Solotrust.com, Kamis (14/7) siang kemarin.

Soal mutu yang menjadi tolak ukur kepercayaan masyarakat, menurut Harun didasarkan beberapa hal seperti; model pembelajaran, penilaian, kurikulum, mutu guru, serta profil lulusan alias alumni sekolah.

"Mutu bisa dilihat dari pembelajaran, penilaiannya, kurikulumnya, mutu gurunya, dan yang penting lagi mutu lulusan. Karena itu menjadi faktor kunci kepercayaan masyarakat," tuturnya.

Untuk itu, sekolah yang nyaris tumbang ini harus bergerak cepat. Salah satunya dengan perbaikan mutu lewat penyegaran guru. Ia berpendapat, mutu kualitas sebuah sekolah ditentukan oleh guru yang menakhodai proses pembelajaran.

"Guru yang ada di-empowering, jadi guru-guru yang sekarang diberi penyegaran di-recharging, diberi penguatan kembali, karena saya kira guru akan menjadi nakhoda di kelas," papar Harun.

Lebih lanjut, pembangunan kepercayaan masyarakat itu juga dapat dilakukan dengan menciptakan keunggulan dan ciri khas suatu sekolah.

"Keunggulan bisa didasarkan pada lulusan tertentu, pada talenta, jadi misalnya sekolah ini bidang olahraga. Ciri khas menunjuk pada kurikulum dan profil lulusan," lanjutnya.

Dalam menjawab tantangan zaman, secara umum sekolah di masa kini, hematnya, mesti saling berlomba dan terus berinovasi. Sementara, pemerintah, menurut Harun, harus hadir sebagai lembaga yang memberi penguatan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

"Berlomba-lombalah menuju kebaikan, berlomba-lombalah untuk meningkatkan mutu, semakin mutunya berlomba ini akan ada dampak positifnya. Sekolah itu harus melakukan inovasi hadir henti," tuturnya.

"Pemerintah itu wajib hadir memberikan penguatan secara universal, merata, tidak ada pilih kasih, semua sekolah punya hak untuk didampingi, semua sekolah punya hak untuk dikembangkan, ditingkatkan mutu dan integritasnya," imbuh Harun. (dks)

(zend)