SOLO, solotrust.com – Proyek revitalisasi koridor Gatot Subroto (Gatsu) hingga Diponegoro di Ngarsopuro telah dimulai pada awal bulan Juli lalu.
Kepada Solotrust.com, Project Manager PT WITA, Riur -kontraktor proyek tersebut- mengatakan sebelum dimulai ia perlu berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait. Namun ia memastikan sudah ada peningkatan meski belum signifikan.
“Kalau presentase pengerjaan baru 0,5 persenlah. Tapi, mudah-mudahan bulan ini bisa diatas 2 persen kalau sesuai target. Karena kita mulai aktif pengerjaan di awal Juli, soalnya juga perlu koordinasi-koordinasi sama pemangku yang punya jabatan-jabatan di Solo," jelasnya.
Lebih lanjut, Riur hanya bisa berharap proyek ini dapat selesai sesuai target dengan adanya penambahan pekerja dan peralatan.
“Kalau perkembangannya kita masih on going, mudah-mudahan juga sudah sesuai target. Walaupun juga banyak kendala dalam pengerjaannya. Dan ini kita lagi ada tambahan armada, termasuk alat, material, dan SDM,” lanjutnya.
Revitalisasi koridor Gatsu-Ngarsopuro ditargetkan rampung pada Desember tahun ini. Tak tanggung-tanggung, proyek tersebut menelan biaya Rp30 miliar.
Pengerjaan akan dilakukan di lima zona, dengan zona satu di Ngarsopuro atau timuran, zona dua Ngarsopuro bagian belakang, zona tiga di Singosaren barat, zona empat juga di Singosaren dan zona lima di perempatan Slamet Riyadi antara Gatsu ke Ngarsopuro.
Kemudian untuk detail dari desain proyek yang tengah dikerjakan, Riur menjelaskan akan dibuat sama seperti Malioboro.
“Kalau detailnya kita perencanaan dari pusat itu, membuat Solo ini koridor perempatan ini dari mulai Ngarsopuro, jalan Mangkunegaran-Diponegoro, sampai perempatan ini sampai Gatsu itu dibuat ‘sama seperti’ Malioboro Jogja, tapi bukan berarti sama persis ya,” ungkapnya.
Sejumlah pekerja terus mengkebut proyek tersebut. Namun sering kali ketika proyek tersebut dikerjakan malam hari, para pekerja harus berhati-hati. Sebab suara bising dapat mengganggu lingkungan sekitar.
“Pengerjaannya dari jam 08.00-16.00, kadang-kadang ada lembur. Kendalanya mungkin di lingkungannya, karena tidak bisa leluasa. Kalau mau memukul keraspun kita harus hati-hati apalagi kalau malam," ucap kepala tukang proyek Margono. (tiv/ant)
(zend)