SOLO, solotrust.com- Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia, tak kecuali di Indonesia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengestimasikan, 8,8 juta orang meninggal akibat kanker di tahun 2015.
Kanker bisa diderita oleh siapa saja tanpa memandang usia, jenis kelamin dan status sosial. Di Indonesia, jenis kanker yang paling banyak menyerang adalah kanker payudara dan leher rahim (serviks). Artinya perempuan Indonesia lebih berisiko terkena kanker dibanding pria.
Menyadari hal itu, Wimmy Safaati Utsani, seorang mahasiswi dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berupaya menciptakan obat mujarab yang enak dan murah. Maka lahirlah, sebuah permen jelly berbahan daun sirsak.
Dia mengatakan, daun tanaman sirsak (Annona muricata) yang mengandung senyawa annonaceous acetogenins, aasimisin dan squamosin. Kandungan tersebut berperan sebagai antikanker, yang dinilai lebih aman dibandingkan dengan kemoterapi.
"Bahan-bahannya, daun sirsak direbus ditambah dengan gula, air, asam sitrat dan agar-agar," katanya kepada Solotrust.com.
Permen tersebut memiliki rasa manis dan kenyal yang pastinya akan disukai anak-anak sampai orang dewasa. Kelebihan lainnya, permen jelly ini rendah kalori sehingga tidak menyebabkan gigi berlubang. Hanya saja, permen antikanker ini hanya mampu bertahan paling lama 7 hari karena tanpa pengawet.
"Bisa jadi cemilan, pengganti rokok, tanpa pengawet, dan rendah kalori. Orang (penderita) juga tidak perlu repot-repot rebus daun sirsak," kata gadis asal Kudus ini.
Lebih lanjut, Wimmy mengatakan biaya produksi permen jelly ini relatif murah. Untuk 30 biji permen jelly, hanya menghabiskan biaya sebesar 1 dolar AS atau Rp 13.500.
Ke depannya, Wimmy berencana mematenkan produk permen jelly antikanker ini lalu memasarkan ke masyarakat luas. Akan tetapi sebelum itu, dia mengatakan perlu melakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis pemakaian permen jelly ini.
Berkat ide cemerlangnya itu, mahasiswi semester 6 ini meraih medali perak pada ajang kompetisi Inovasi Teknologi Internasional (WINTEX) yang berlangsung di Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung. Kompetisi Internasional tersebut diikuti berbagai Negara seperti Amerika Serikat, Malaysia, Rumania, Srilanka, Jepang dan sebagainya. Ini bukanlah penghargaan pertama yang diraihnya.
Tahun lalu, ilmuwan muda satu ini pernah menyabet juara kedua Scientific Dentistry Festival 2017 di Unissula. Dalam kompetisi tersebut, mahasiswa segudang berprestasi ini menciptakan inovasi alat sterilisasi praktis praktek dokter gigi untuk di daerah terpencil. (mia)
(wd)