Solotrust.com - Saat ini dunia dihadapkan pada masalah krisis pangan global. Prof Drajat Martianto, Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia IPB University menyebutkan bahwa meski kondisi ketahanan pangan Indonesia masih tergolong baik, namun terjadi penurunan dalam ketahanan pangan nasional.
"Posisi Indonesia di Global Food Security Index mengalami penurunan pasca pandemi Covid-19. Indonesia saat ini menghadapi triple burden of malnutrition, tiga masalah gizi sekaligus yaitu gizi kurang (stunting dan wasting), obesitas dan kurang gizi mikro (KGM) atau yang sering disebut sebagai kelaparan tersembunyi (the hidden hunger)," ujarnya dalam Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar, (15/9), seperti dikabarkan universitas itu dalam laman resminya.
Menurutnya, tantangan terbesar bangsa Indonesia saat ini bukan lagi kurang energi dan protein, tetapi kelaparan tersembunyi (hidden hunger).
Kelaparan tersembunyi yaitu berupa defisiensi zat gizi mikro, khususnya defisiensi zat besi, yodium, asam folat, seng, vitamin A dan zat gizi mikro lainnya.
Ia menjelaskan, penelitian menunjukkan hanya 1 persen rakyat Indonesia yang tidak mampu mengakses pangan makro (yang mengandung karbohidrat).
Yang menjadi masalah adalah hampir 50 persen penduduk Indonesia yang kekurangan sayuran, buah-buahan, pangan hewani dan kacang-kacangan.
"Kualitas konsumsi pangan kita belum baik. Penelitian menunjukkan 1 dari 2 penduduk Indonesia tidak mampu membeli pangan hewani, buah dan sayuran (yang mengandung zat gizi mikro). Mereka mengalami kelaparan tersembunyi," jelasnya.
"Disebut kelaparan tersembunyi karena seringkali tanda-tandanya tidak nampak, namun sesungguhnya dampaknya sangat besar. Zat gizi mikro telah terbukti sebagai unsur gizi penting untuk peningkatan produktivitas kerja, kecerdasan dan imunitas," lanjutnya.
Secara nasional, lanjutnya, Indonesia dapat mengalami kerugian lebih dari 50 triliun rupiah dari rendahnya produktivitas kerja akibat Anemia Gizi Besi (AGB). Angka ini belum termasuk biaya layanan kesehatan akibat defisiensi gizi mikro yang parah dan masalah-masalah gizi yang lain.
Dia mengatakan bahwa keaanekaragaman pangan, suplementasi dan fortifikasi pangan disertai dengan higiene dan sanitasi lingkungan merupakan solusi untuk mengatasi masalah kurang zat gizi mikro.
"Fortifikasi atau penambahan zat gizi tertentu pada pangan telah terbukti efektif dalam menurunkan kelaparan tersembunyi, sekaligus sangat cost-effective," ujarnya. (Lin)
(zend)