KARANGANYAR, solotrust.com – SMK Negeri Jatipuro (Skanja) Karanganyar melakukan terobosan dengan memproduksi kain batik bermotif ciprat. Kain batik ciprat ini diproduksi langsung oleh para siswa melalui Skanja Production House (SPH).
Kain Batik Ciprat ini awalnya merupakan tantangan bagi para siswa untuk menciptakan hasil karya yang memiliki nilai jual dalam mata pelajarn Produk Kreatif dan Kewirausahaan (PPKwu). Alhasil para siswa membuat kain batik dengan motif ciprat yang abstrak dan unik.
Meski melalui beberapa tahapan hingga butuh waktu 2 hari dalam pembuatan satu kain batik ciprat, para siswa sangat antusias dalam memproduksinya.
Bahkan mereka memulai semua proses produksi dari nol seperti mencuci kain katun dengan bahan kimia khusus hingga proses pewarnaan yang dilakukan dengan metode menggoreskan kuas seperti mengecat agar efisien.
“Alat dan bahan untuk pembuatan batik ciprat, yang pertama tentu saja ada kain, kedua ada TRO, ketiga ada warna-warna primer seperti merah kuning dan biru ketambahan warna hitam, juga ada juga water glass untuk mengikat warna,” jelas salah satu siswa kelas 11 jurusan AKL, Icha pada Solotrust.com.
Warna-warna kain batik ciprat pun beragam dan menarik. Setelah kain berikan warna dasar barulah para siswa mencipratkan malam yang telah dilelehkan diatas tungku.
Jika biasanya membatik identik dengan menggoreskan canting, mereka cukup menggunakan kuas untuk mencipratkan malam pada kain.
Tak perlu memikirkan pola, lelehan malam dicipratkan secara acak bahakn bertumpuk. Motifnya pun akan menjadi beragam dan dipastikan berbeda satu sama lainnya.
Kain batik yang sudah diciprati malam selanjutnya dijemur hingga kering sebelum memasuki proses berikutnya.
Guru Pembimbing Jurusan Tata Busana SMK Negeri Jatipuro, Sih Lestari mengatakan proses pembuatan batik ciprat juga melibatkan emosi para siswa. Pihaknya memberi kebebasan pada siswa untuk mencipratkan malam pada kain hingga membentuk motif acak.
"Keunikan dari batik ini adalah saya memberikan kebebasan pada para siswa untuk berkreasi. Bahkan dia menemukan inovasi-inovasi baru seperti mencampurkan dua warna untuk batik ciprat," katanya.
"Kemudian keunikan lainnya, Anak-anak ini mengerjakan dengan emosi, jadi satu cipratan atau satu bentuk tidak akan sama semuanya. Hal ini sama saja seperti barang limited edition dan warnanya tergantung request," imbuh Sih.
Kepala SMK Negeri Jatipuro Sri Eka Lelana mengaku pihaknya mengapresiasi kreatifitas para siswa yang mampu menciptakan produk kreatif yang mampu bersaing di pasaran. Bahkan kini SPH kebanjiran order pemesanan batik ciprat.
“Ide batik ciprat setelah disosialisasikan di beberapa sosial media ternyata mendapat tanggapan yang luar biasa,” kata Eka.
Eka mengungkapkan hasil penjualan kain batik ciprat ini nantinya akan dikelola oleh SPH dan sebagian akan diberikan pada para siswa sebagai apresiasi.
“Dari hasil usaha ini tentunya kembali pada pengelolaan dari unit produksinya masing-masing tapi sebagian dikembalikan pada anak sebagai bentuk hadiah atau fee karena hasil kerjanya. Jadi tidak semuanya, nilai keuntungan kita ambil. Ada juga yang kembali pada anak untuk menjadi motivasi berkarya lebih baik dan semangat lagi,” jelas Eka.
Pihaknya berharap batik ciprat buatan SMK Negeri Jatipuro dapat diterima di pasaran.
"Kita berharap dari pembelajaran yang sedang diselenggarakan saat ini, suatu saat sekolah memiliki produk unggulan dan bisa diterima di pasar dan bertahan lama. Dan harapannya produk batik ciprat ini bisa jadi produk unggulan kami nantinya," tandasnya. (zend/ale)
()