Hard News

Temuan Tim TGIPF Kanjuruhan: Stadion Tidak Layak untuk Pertandingan High Risk

Nasional

11 Oktober 2022 12:10 WIB

Anggota TGIPF Nugroho Setiawan menyoroti keamanan dan infrastruktur Stadion Kanjuruhan yang dinilai tak layak untuk menggelar pertandingan high risk. (Foot: Youtube Kemenko Polhukam RI)

MALANG, solotrust.com – Tim Gabungan Independent Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Stadion Kanjuruhan terus melakukan penyelidikan dalam peristiwa yang memakan 131 korban jiwa usai laga Liga 1 antara Arema FC kontra Persebaya pada 1 Oktober lalu.

Anggota TGIPF, Nugroho Setiawan menceritakan dirinya melihat kengerian saat kejadian di pintu 13 melalui rekaman CCTV. Ia menggambarkan situasi kepanikan penonton yang berebut untuk keluar stadion melalu pintu 13 yang hanya terbuka sedikit.



“Tadi saya sempat melihat rekaman CCTV kejadian khususnya di pintu 13 mengerikan sekali jadi situasinya adalah pintu terbuka tapi sangat kecil yang itu seharusnya untuk masuk tapi terpaksa menjadi pintu keluar,” tuturnya dalam tayangan di kanal Youtube Kemenko Polhukam RI, Minggu (9/10).

“Situasinya adalah orang itu berebut keluar sementara sebagian sudah jatuh pingsan, terhimpit, terinjak, karena efek dari gas air mata,” lanjutnya.

Dalam tragedi Stadion Kanjuruhan itu, Nugroho menyoroti fasilitas stadion yang tidak memadahi seperti tidak adanya pintu darurat untuk mengeluarkan penonton dalam keadaan darurat. Selain itu akses anak tangga yang dinilai terlalu curam.

Ia menjelaskan dalam aturan safety discipline, ukuran anak tanga memiliki ketinggian 18 cm dan lebar tapak 30 cm. Namun Stadion Kanjuruhan memiliki anak tangga dengan ketinggian dan lebar tapak rata-rata 30 cm.

“Jadi intinya gini kalau dengan ketinggian 18cm dan lebar tapak 30cm ini kita berlari naik atau berlari turun tidak ada kemungkinan jatuh kemudian lebar dari anak tangga tidak terlalu ideal untuk kondisi crowd karena harus ada railing untuk pegangan,” urainya.

Selain itu pegangan atau railing di area Stadion Kanjuruhan yang tak terawat. Sehingga saat terjadi kericuhan, railing tersebut patah dan melukai penonton.

“Railingnya juga snagat tidak terawat dengan stampit desakan yang luar biasa akhirnya railing patah dan itu juga yang termasuk melukai korban sementara itu kalau dari sisi infrastruktur,” jelas Nugroho.

Dari pengumpulan fakta di lapangan itu, pihaknya menyimpulkan Stadion Kanjuruhan tidak layak untuk menggelar laga-laga besar dengan penonton yang begitu banyak.

“Kesimpulan sementara bahwa stadion ini tidak layak untuk menggelar pertandingan high risk match mungkin kalau itu medium atau low risk match masih bisa. Jadi artinya untuk high risk match kita harus membuat kalkulasi yang sangat konkret misalnya bagaimana mengeluarkan penonton dalam keadaan darurat,” tandasnya.

Sebagai informasi TGIPF ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menemukan penyebab utama tragedi Stadion Kanjuruhan dan memiliki masa kerja selama satu bulan.

(zend)