WASHINGTON D.C., solotrust.com – Pertemuan G20 Joint Finance and Agriculture Ministers (JFAMM) di Washington D.C. pada Selasa (11/10) kemarin membahas mengenai langkah untuk mengatasi krisis ekonomi dan pangan yang saat ini tengah melanda dunia.
Menteri Keuangan (Menkeu) RI Sri Mulyani Indrawati menyebut presidensi G20 Indonesia berkomitmen penuh untuk menggunakan seluruh perangkay kebijakan untuk mengatasi maslaah ekonomi, keuangan dan resiko kerawanan ketahanan pangan.
“G20 siap untuk mengambil tindakan kolektif yang cepat tentang ketahanan pangan dan gizi, termasuk dengan bekerja sama dengan inisiatif lain,” katanya saat memberikan keterangan pers dari Washington D.C.
Sementara Menteri Pertanian (Mentan) RI) Syahrul Yasin Limpo menekankan pentingnya kolaborasi global dalam mengatasi krisis pangan, khususnya G20 yang berkomitmen mendukung sektor pertanian dalam menyediakan pangan dan gizi terhadap semua orang.
“Jangan biarkan satu orang pun tertinggal di belakang, leaving no one behind,” tegas Syahrul.
Sementara itu beberapa instansi baik internasional maupun nasional telah menghadirkan berbagai inisiatif dalam merespon krisis pangan global. Diantaranya UN Global Crisis Response Group (GCRG), the G7 Global Alliance for Food Security (GAFS), the Global Agriculture and Food Security Program (GAFSP), International Finance Institutions Action Plan, dan Global Development Initiative.
Bank Dunia juga berkomitmen memberikan USD30 juta dalam pendanaan baru atau yang sudah ada untuk proyek terkait ketahanan pangan dan nutrisi di beberapa tahun ke depan. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) juga ambil bagian dalam perkembangan kondisi pasar pangan, termasuk G20 Agricultural Market Information System.
Forum G20 terus melakukan inisiatif dan mengambil langkah dengan cepat dalam mengatasi permasalahan ketahanan pangan dan gizi, dan berkolaborasi dengan inisiatif lain.
“Sebagai sebuah forum yang efektif dalam menjawab tantangan global dalam hal kerawanan pangan, Presidensi G20 Indonesia menerapkan strategi untuk meningkatkan kapasitas produksi guna menstabilkan harga pangan, menekan inflasi, menurunkan impor dan meningkatkan ekspor pangan. Strategi ini diterapkan pada beberapa komoditas pangan strategis dengan kegiatan operasional untuk mengatasi permasalahan yang muncul dalam sistem agribisnis pangan, agar tercapai efisiensi dan peningkatan daya saing,” ujar Syahrul. (mon)
(zend)