Ekonomi & Bisnis

Jokowi Resmikan Program Bioetanol Tebu, Dukung Ketahanan Energi

Ekonomi & Bisnis

6 November 2022 12:07 WIB

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) secara resmi memulai program Bioetanol Tebu untuk Ketahanan Energi di pabrik bioetanol PT Energi Agro Nusantara (Enero), Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Jumat (04/11/2022) (Foto: Tangkapan layar YouTube Sekretariat Presiden)

MOJOKERTO, solotrust.com - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) berharap program bioetanol tebu dapat mendorong ketahanan energi, meningkatkan produksi dan kualitas tebu di Indonesia.

Hal ini disampaikannya ketika meresmikan program "Bioetanol Tebu untuk Ketahanan Energi" di pabrik bioetanol PT Energi Agro Nusantara (Enero), Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Jumat (04/11/2022).



Dalam sambutannya, Jokowi berharap program ini dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas hasil produksi tebu di Tanah Air.

"Kita telah memulai menanam tebu yang ditanam secara modern dan kita harapkan nanti produktivitas dari tanaman itu menjadi lebih baik dan lebih meningkat,” ucapnya, sebagaimana dilansir dari kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Dirinya menuturkan, Indonesia pernah menjadi eksportir gula pada 1800-an. Namun, saat ini Indonesia harus mengimpor gula dengan jumlah sangat besar untuk kebutuhan konsumsi maupun industri dalam negeri.

Oleh karenanya, presiden menginstruksikan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir untuk meningkatkan kualitas bibit tebu dengan varietas terbaik di dunia.

"Kita bekerja sama dengan Brasil untuk ini dan sudah memiliki pengalaman yang baik dalam manajemen mengenai tebu dan pergulaan," imbuhnya.

Tak hanya itu, Jokowi pun berharap melalui program ini, Indonesia dalam beberapa waktu ke depan dapat mencapai target untuk bisa mandiri dalam ketahanan pangan, khususnya komoditas gula. Hal ini termasuk tidak lagi mengimpor gula dari negara lain.

"Namun memang butuh waktu, mungkin dalam jangka lima tahun ke depan. Target kita seperti itu," katanya.

Adapun guna mencapai target tersebut, Jokowi meminta para petani dan pabrik gula di Tanah Air mau bekerja sama dengan baik. Selain itu, mesin-mesin yang ada di pabrik gula juga harus diperbarui dengan lebih modern dan menggunakan teknologi terkini.

"Kuncinya memang bibit yang baik, mesin dengan memberikan rendemen yang baik juga kepada petani. Kuncinya ada di situ dan ini memang memerlukan investasi yang tidak sedikit, memerlukan uang yang tidak sedikit, tetapi sudah kita niatkan untuk mengubah ini," kata dia.

Program Bioetanol Tebu untuk Ketahanan Energi diproyeksikan dapat menjadi solusi peningkatan jumlah produksi bioetanol nasional dari 40 ribu kiloliter di 2022 menjadi 1,2 juta kiloliter di 2030 dan menjadi potensi campuran bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin. Hal ini didasarkan pada studi di Brazil, energi dihasilkan dari satu ton tebu setara dengan 1,2 barel crude oil.

Lebih lanjut, presiden mengharapkan program bioetanol ini dapat berjalan sesuai rencana, dimulai dari bioetanol lima persen (E5) pada BBM kemudian meningkat E10, E20, dan seterusnya.

"Kalau tebu ini berhasil, kemudian B30 sawit itu bisa ditingkatkan lagi, ini akan memperkuat ketahanan energi negara kita Indonesia," sambungnya.

Saat ini, pemerintah sedang menyusun Rancangan Peraturan Presiden tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar (Biofuel). Produk bioetanol merupakan salah satu produk turunan dihasilkan dari industri gula berbasis bahan baku tebu.

Potensi hilirisasi bioetanol berbasis tebu membuka peluang mewujudkan ketahanan energi melalui pengurangan kebergantungan impor BBM nasional, sekaligus menghasilkan bauran energi baru terbarukan ramah lingkungan. (ale)

(and_)