Hard News

Kembangkan Kendaraan Listrik dan Baterai EV, Strategi Indonesia jadi Negara Maju

Nasional

1 Februari 2023 12:03 WIB

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) saat menghadiri acara Peringatan Hari Ulang Tahun ke-8 dan Kopi Darat Nasional Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Djakarta Theater, Jakarta, Selasa (31/01/2023) malam. (Foto: BPMI Setpres/Rusman)

JAKARTA, solotrust.com - Pemerintah tengah merancang strategi besar bagi Indonesia agar bisa melompat menjadi negara maju dan tidak terjebak pada negara berpendapatan menengah atau middle income trap. Strategi besar itu adalah dengan menghadirkan ekosistem mobil listrik dan baterai kendaraan listrik (EV) sehingga negara lain memiliki kebergantungan kepada Indonesia.

Demikian disampaikan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam sambutannya saat menghadiri acara Peringatan Hari Ulang Tahun ke-8 dan Kopi Darat Nasional Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Djakarta Theater, Jakarta, Selasa (31/01/2023) malam.



“Kita ingin menyatukan, mengintegrasikan yang namanya seluruh kekayaan alam ini menjadi satu barang yang nanti dibutuhkan, yang namanya EV baterai, litium baterai. Di situ ada komponen dari nikel, tembaga, timah, bauksit, dan semuanya harus kita satukan, kita integrasikan sehingga muncul nanti yang namanya EV baterai dan babak selanjutnya ekosistem yang lebih besar yang namanya mobil listrik yang ke depan mau tidak mau semua negara akan mencari barang ini,” jelas presiden, dilansir dari laman resmi Sekretariat Kabinet RI, setkab.go.id.

Jokowi menyadari mengintegrasikan komponen-komponen baterai dan mobil listrik tidaklah mudah, meskipun Indonesia memiliki hampir semua bahan dibutuhkan. Jika dilihat dari segi geografis, tantangannya adalah bagaimana menyatukan berbagai bahan tambang yang lokasinya tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

“Hal yang sulit memang geografis negara kita. Nikel itu ada di Sulawesi yang banyak, ada di Maluku Utara. Tembaga ada di Papua, ada di Sumbawa, ini yang besar-besar. Bauksit itu ada di Kalimantan Barat dan ada di Kepulauan Riau, di Bintan. Timah ada di Bangka Belitung. Bagaimana mengintegrasikan ini, ada smelter di sini, ada smelter di sana, disatukan menjadi barang yang namanya EV baterai dan yang namanya mobil listrik,” lanjutnya.

Tantangan berikutnya adalah dari sisi eksternal, misalnya gugatan Uni Eropa terhadap Indonesia karena pemerintah menghentikan ekspor nikel dalam bentuk bahan mentah. Kendati Indonesia kalah dalam gugatan di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), namun presiden menegaskan pemerintah tidak akan mundur dan tetap konsisten menghentikan ekspor barang tambang lainnya dalam bentuk bahan mentah.

“Kalau kita digugat kemudian kita mundur, jangan berharap negara ini akan menjadi negara maju, jangan berharap,” tegasnya.

(and_)

Berita Terkait

Berita Lainnya