Pend & Budaya

SMKN 1 Plupuh Sragen, Pembelajaran dari Lorong Sempit Menuju Sekolah Mandiri

Pend & Budaya

13 September 2023 09:09 WIB

SMKN 1 Plupuh menyelenggarakan Teaching Factory (TeFa). Program ini merupakan model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa, mengacu pada standar dan prosedur atau kualitas berlaku di industri. (Foto: SMKN 1 Plupuh)

SRAGEN, solotrust.com - Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan institusi pendidikan bertujuan mencetak lulusan siap kerja. Untuk itu, sekolah harus memfasilitasi transfer lingkungan dan budaya produksi di industri ke dalam ruang praktik di sekolah. Hal itulah dilakukan SMKN 1 Plupuh Sragen dengan pengembangan pembelajaran berbasis proyek dan teaching factory.
 
Sebagai sarana transfer lingkungan dan budaya produksi industri ke sekolah, SMKN 1 Plupuh menyelenggarakan Teaching Factory (TeFa). Program ini merupakan model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa, mengacu pada standar dan prosedur atau kualitas berlaku di industri. 
 
Adapun untuk mendukung pelaksanaan program TeFa, SMKN 1 Plupuh menggandeng industri garmen dan perajin batik sekitar lingkungan  Kecamatan Plupuh. 
 
Ketua unit produksi tata busana SMKN 1 Plupuh, Sukarsi, mengungkapkan TeFa melibatkan 105 peserta didik jurusan tata busana kelas XII. Mereka dijadwal masuk TeFa secara bergiliran. Para siswa dijadwalkan masuk sebagaimana pekerja industri dan bekerja dengan sistem line. 
 
"Butik yang bekerja sama dengan kami memproduksi busana, seperti gamis remaja, 'one set', celana, dan sebagainya. Produk tersebut dijual online maupun disetor ke toko," jelas Sukarsi. 
 
Di lain sisi, Ketua Program Tata Busana, M Tahrir, menyebut TeFa bermanfaat bagi siswa agar mampu mengerti dan menguasai standar, cara kerja, serta aturan berlaku di industri. TeFa tidak hanya bermanfaat bagi siswa, namun juga bagi pendidik. 
 
"Program TeFa ini dapat meningkatkan kompetensi pendidik karena dengan bekerja sama dunia industri, pendidik dapat mengetahui dunia usaha atau dunia industri apa yang dibutuhkan serta standar apa yang dibutuhkan. Selain itu juga perubahan apa yang terjadi di mana nantinya pembelajaran dan aturan kerja dapat disampaikan kepada siswa," paparnya. 
 
Program TeFa ini juga memberikan pengalaman berkesan bagi siswa. Sebagaimana diutarakan salah satu siswa kelas XII jurusan tata busana, Tiara Tri Cahyaningrum. Menurutnya, mengikuti TeFa merupakan sebuah tantangan. 
 
"Ikut TeFa itu susah, senang, sekaligus capek. Susahnya ketika saya belum mengerti cara menjahit sesuatu, tapi sudah harus dikejar waktu dan target pesanan," kata Tiara Tri Cahyaningrum,
 
"Senangnya, saya dapat ilmu baru dari berbagai pakaian yang dibuat serta ilmu yang diberikan oleh pembimbing tentang busana dan jahit-menjahit. Capeknya ketika pesanan pelanggan menumpuk dan waktu yang diberikan tidak memungkinkan cukup untuk menyelesaikan target," sambungnya. 
 
TeFa, menurut Tiara Tri Cahyaningrum juga memberikan banyak pengalaman berharga bagi siswa. 
 
"Ikut TeFa, saya mengerti arti bekerja sama dalam sebuah kelompok. Terlebih, Tefa ini mengambil sistem seperti garmen sehingga saya harus belajar cara menjahit cepat, namun tepat dan rapi. Berbagai jenis model pakaian yang dikerjakan juga menambah ilmu jahit menjahit saya dan teman-teman," beber dia. 
 
Begitu banyaknya manfaat TeFa bagi siswa dan pendidik, program ini diharapkan juga mampu mengarahkan sekolah menuju kemandirian. 
 
Kepala SMK Negeri 1 Plupuh, Sri Eka Lelana, menyebut program ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran praktik disekolah sehingga bisa memenuhi standar kebutuhan industri. 
 
Selain itu dapat meningkatkan kerja sama link and match SMK Negeri 1 Plupuh dengan industri pasangan dari magang siswa, magang guru, dan rekrutmen pegawai karena kualitas kompetensi siswa bisa dilihat dari hasil pengerjaan teaching factory.
 
tefa juga sebagai salah satu sumber pendapatan sekolah melalui usaha mandiri sehingga ke depannya dapat mendukung kebutuhan pembiayaan sekolah.
 
Di lain sisi, SMK Negeri 1 Plupuh sangat kekurangan ruang pembelajaran, baik ruang teori maupun ruang pembelajaran praktik. 
 
Pada tahun pelajaran 2023/2024, SMK Negeri 1 Plupuh terdapat 30 rombongan belajar dan hanya memiliki 19 ruang kelas, dua ruang praktik teknik kendaraan ringan, tiga ruang praktik busana, dan tiga ruang praktik rekayasa perangkat lunak. 
 
Alhasil untuk pembelajaran teaching factory, SMK Negeri 1 Plupuh memanfaatkan lorong di lantai dua ukuran 2x18 meter antara tembok kelas dengan tembok pagar sekolah dan diisi mesing jahit, mesin obras serta mesin industri busana sebanyak 36 buah. 
 
Kendati demikian dengan semua keterbatasan itu, sekolah terus berusaha meningkatkan volume produksi dengan memperbanyak job dan order yang dibawa dari industri pasangan. 
 
Kondisi ini membuat semangat dan tekad SMK Negeri 1 Plupuh dari lorong sempit menuju sekolah mandiri. Diharapkan, program teaching factory SMK Negeri 1 Plupuh terus berkembang dan bisa menjadi industri kuat di sekolah. 
 
Hal ini tentunya membutuhkan dukungan semua pihak, mulai dari pemerintah hingga stakeholder terkait, utamanya industri garmen dan perajin batik di lingkungan sekitar Kecamatan Plupuh.
 
Dukungan pemerintah, utamanya adalah pemenuhan kebutuhan ruang pembelajaran sehingga program teaching bisa dilaksanakan di ruang praktik busana.
 
TeFa di SMKN 1 Plupuh baru dimulai Januari 2023. Usianya memang baru seumur jagung, namun telah memberikan dampak luar biasa bagi siswa, pendidik, sekolah, bahkan dunia usaha.

(and_)