Ekonomi & Bisnis

UMKM Konveksi Yogyakarta Kurang Perhatian Pemerintah, Ini Strategi Farah Button

Ekonomi & Bisnis

13 September 2023 11:01 WIB

Pemilik brand fesyen Farah Button dalam talkshow bertajuk Kupas Tuntas Bangun Brand Fashion di Mal Pakuwon Yogyakarta, Selasa (12/09/2023)

YOGYAKARTA, solotrust.com - Kurangnya perhatian terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) konveksi di Yogyakarta membuat pemilik brand fesyen Farah Button, Sutardi merasa kecewa. Sejak merintis usaha outfit ready to wear Farah Button, dirinya selalu melibatkan UMKM konveksi di Yogyakarta.

Semula, Sutardi bekerja sama dengan satu UMKM konveksi di Solo yang terdiri atas lima orang. Saat ini, sekira 300 orang dari lima UMKM konveksi di Yogyakarta terlibat dalam produksi outfit ready to wear Farah Buttton. 



Menurut Sutardi, tidak ada satu pun UMKM konveksi di Yogyakarta tersentuh akses bantuan atau pelatihan dari pemerintah. Pernah ia mendapat cerita, ada salah satu orang dari UMKM konveksi didatangi orang yang mengaku dari pemerintahan.

Ketika itu, orang tersebut berjanji memberikan bantuan berupa mesin jahit. Syaratnya, tempat usahanya harus difoto.

“Setelah difoto, juga tidak pernah dapat bantuan mesin jahit,” ungkap Sutardi dalam talkshow bertajuk Kupas Tuntas Bangun Brand Fashion di Mal Pakuwon Yogyakarta, Selasa (12/09/2023).

Tak jarang justru Sutardi sendiri turun ke lapangan dan memberikan pelatihan langsung kepada UMKM konveksi untuk meningkatkan kualitas produksi. Hasilnya, tidak mengecewakan.

Produk-produk Farah Button memiliki kualitas baik dan bisa bersaing di pasar ekspor. Terbukti, koleksi Farah Button sudah bisa dinikmati pelanggan di Jepang.

Kendati demikian, Sutardi menyadari keterbatasannya. Ia tak mungkin merangkul seluruh UMKM konveksi di Yogyakarta untuk diberi pelatihan.

Sutardi berharap pemerintah bisa memberikan perhatian dan tidak mengabaikan UMKM konveksi di Yogyakarta.

“Termasuk dipermudah untuk mendapatkan modal usaha dan bisa mendampingi dalam produksi serta memberikan pelatihan, sehingga mereka bisa memiliki wadah dan menjadi lebih maju,” ucap dia.

Melalui talkshow digagasnya ini, Sutardi ingin memberikan pengarahan kepada semua orang tentang bisnis fesyen dan memberikan kesempatan kepada UMKM konveksi di Yogyakarta agar bisa lebih dikenal dan diberikan kesempatan untuk lebih maju.


Senada, pemilik Nifira Konveksi, Egi Mashita mengungkapkan hal serupa. Sejak berdiri pada 2020 hingga saat ini membawahi 55 karyawan belum mendapatkan akses bantuan dari pemerintah sama sekali, baik dalam bentuk permodalan maupun pelatihan.

Padahal dalam menjalankan usahanya, tantangan terbesar adalah menghasilkan pakaian dengan harga jasa terjangkau dan berkualitas serta mengelola sumber daya manusia.

“Harapan saya UMKM konveksi dilirik pemerintah, jadi bisa berkembang dan lebih baik lagi,” kata Egi Mashita yang bekerja sama dengan Farah Button sejak awal 2023.

Tak beda dengan Egi Mashita, pemilik konveksi Asiatik Work, Ratu Sabilla juga mengaku belum pernah mendapatkan akses bantuan maupun pelatihan dari pemerintah. UMKM konveksi yang sudah bekerja sama dengan Farah Button sejak Desember 2021 ini memiliki 18 orang penjahit terlibat dalam produksinya.

Menurut Ratu Sabilla, tantangan terbesar dalam menjalankan usaha konveksi adalah memenuhi kuota produksi tiap pekan. Setiap penjahit mempunyai target yang harus dihasilkan per pekan.

“Jadi, jangan sampai kain datang terlambat dari pelanggan atau pun kain dari team cutting terlambat supaya pekerjaan selalu tersambung terus,” ucapnya.

Ia berharap jika pemerintah memberikan dukungan nyata, kualitas produksi Asiatik Work bisa meningkat dan menerima pesanan secara berkelanjutan.

Selain Sutardi, talkshow juga menghadirkan pemilik brand fesyen Gorilland, Isa Setyawan yang juga berkolaborasi dengan UMKM konveksi di Yogyakarta.

Sekilas Farah Button

Farah Button adalah salah satu merek lokal fesyen di Indonesia. Produksi Farah Button melibatkan 300 orang dari sejumlah UMKM konveksi di Yogyakarta.

Farah Button didirikan sejak 2016 telah memiliki sepuluh gerai di Yogyakarta, Bali, dan Tegal.

Mengusung konsep ready to wear, Farah Button selalu hadir dengan desain-desain baru yang bisa dikenakan di berbagai kesempatan, mulai dari formal sampai kasual.

(and_)

Berita Terkait

Berita Lainnya