YOGYAKARTA, solotrust.com - Farah Button, brand fashion dari Yogyakarta, konsisten dengan desain simpel pada 2024. Kendati demikian, pemilihan warna juga tetap menjadi fokus, sehingga konsumen bisa memilih sesuai kesukaannya masing-masing.
Menurut desainer sekaligus pemilik Farah Button, Sutardi tahun ini ia akan merilis produk fashion penuh warna, didominasi warna cerah dan neon. Kendati demikian, ia juga tak melupakan warna netral soft, seperti hitam, putih, dan clay sebagai warna dasar fashion.
“Kalau pada 2023 banyak permintaan untuk produk dengan desain simpel, maka tahun ini akan mengusung kombinasi warna pada baju sehingga terkesan ceria, tetapi tetap feminin,” kata dia.
Seperti diketahui, Farah Button merupakan contoh dari brand fashion lokal berhasil dalam segi pemasaran. Sejak berdiri pada 2016, Sutardi sukses mengembangkan belasan toko di Yogyakarta, Bali, dan Tegal.
Kiprah Farah Button di industri fashion tak lepas dari peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang mendukung keberlanjutan bisnisnya. Produksi Farah Button melibatkan 300 orang tergabung dalam sejumlah UMKM konveksi di Yogyakarta.
Tak hanya itu, Sutardi pun menerapkan sederet strategi pemasaran konsisten dan dinamis sesuai perkembangan zaman.
“Jadikan karya sebagai poros utama di dunia fashion,” ucap Sutardi.
Ia pun membagikan sejumlah cara. Pertama, mengobservasi keinginan pelanggan dengan mempelajari dinamika setahun ke belakang. Permintaan atau produk apa yang paling sering ditanyakan pelanggan. Kedua, membuat karya tanpa meniru dan menjadi trendsetter.
“Percayalah bahwa tren yang kamu ciptakan akan diminati oleh pasarmu dengan karya hasil observasi tersebut,” tutur Sutardi.
Ketiga, menggerus kebosanan pelanggan lewat karya baru dengan menghadirkan produk dari bahan dan desain anyar tanpa menghilangkan ciri khas.
Keempat, mengemas karya lebih baik lagi agar tampak elegan. Penampilan produk akan membuat pelanggan lebih sayang dengan apa yang telah mereka beli.
Kelima, hand feel product baru. Pada 2024 pelanggan semakin cerdas sehingga perlu meningkatkan kualitas bahan dan jahitan serta pola lebih baik lagi.
Keenam, produksi ulang produk best seller sampai permintaan terpenuhi. Ketujuh, pendekatan lebih kepada pelanggan dan menjadikannya sebagai teman terbaik.
“Selalu minta masukan pelanggan terhadap produk kalian, bukan minta pujian agar kualitas makin meningkat,” kata Sutardi.
Kedelapan, menjalin komunikasi dengan jasa admin platform perpesanan instan. Tidak melulu berjualan, namun tak kalah pentingnya menanyakan kabar pelanggan sebagai salah satu senjata memasarkan produk.
“Jual attitude (sikap-red), tidak hanya produk,” ujar Sutardi.
Kesembilan, memberikan ucapan terima kasih yang dikirim langsung ke alamat pelanggan. Jika memungkinkan dan tersedia budget, berikan gift beserta katalog terbaru.
“Kesepuluh, jangan lupa buat karya baru setiap bulan agar pelanggan punya banyak pilihan dengan produk kita,” tukas Sutardi. (Adam)
(and_)