Hard News

Baskara T Wardaya Luncurkan Buku Awan Merah, Ajak Masyarakat Berefleksi

Jateng & DIY

27 September 2023 11:01 WIB

Baskara T Wardaya SJ meluncurkan buku berjudul Awan Merah: Catatan Sepanjang Jalan di Djiwa Coffee, Yogyakarta, Selasa (26/09/2023)

YOGYAKARTA, solotrust.com - Baskara T Wardaya SJ meluncurkan buku berjudul Awan Merah: Catatan Sepanjang Jalan di Djiwa Coffee, Yogyakarta, Selasa (26/09/2023). Buku ini berisi catatan dan refleksi atas rangkaian pengalaman Baskara dalam interaksinya dengan bermacam orang dan peristiwa di berbagai belahan dunia.

Secara khusus penulisan buku ini dipantik pengalaman penulis yang sepanjang 2022 lalu berkesempatan mengajar mata kuliah sejarah di Marquette University, sebuah universitas di Kota Milwaukee, Amerika Serikat. Saat itu Baskara T Wardaya SJ bertindak sebagai pemangku Francis Wade Chair.



Di sela kesibukan mengajarnya, ia berkesempatan melakukan sejumlah perjalanan dalam rangka penelitian, memenuhi undangan menjadi narasumber, serta mengunjungi sejumlah sahabat.

Menurut sang penulis, Baskara T Wardaya, buku Awan Merah merupakan bagian dari upaya untuk mencatat dan merefleksikan pengalaman mengajar, meneliti, dan berkunjung tersebut.

Selain untuk berbagi pengalaman, bagi Baskara, tujuan penulisan buku ini adalah untuk mengajak pembaca bersama-sama menyimak pesan atau makna tersirat dalam pengalaman-pengalaman tersebut, khususnya dari sudut pandang sejarah.

Selain berguna bagi penulis sendiri, lanjut Baskara, diharapkan catatan dan refleksi dalam buku ini juga akan berguna bagi para pembaca umumnya. Itulah sebabnya, selain pengalaman mengajar, disertakan pula pengalaman-pengalaman lain dirasa relevan.

Oleh karena itu, buku ini ditujukan kepada orang-orang yang ingin bersama-sama belajar dari penggalan-penggalan kehidupan yang terasa sayang jika dibiarkan berlalu begitu saja. Sarananya adalah ingatan sejarah, refleksi atas peristiwa-peristiwa tertentu, serta pengenalan terhadap  pribadi-pribadi yang dijumpai sepanjang jalan hidup.

Dalam buku ini dituturkan dan direfleksikan kisah para pelaut awal yang menghuni pulau-pulau di Asia Tenggara Maritim, Christopher Columbus saat menyeberangi Samodra Atlantik dan menemukan tanah baru, para penjelajah Eropa berlomba menemukan dan menguasai rempah-rempah di Kepulauan Banda, serta Miguel Lopez de Legazpi yang ingin “balas mencuri” Kepulauan Filipina dari tangan Portugis.

Diungkapkan pula kisah Elijah Stone Estes, sang petualang dari North Carolin, Chief Red Cloud alias Awan Merah yang adalah seorang kepala suku Indian pendamba sistem pendidikan formal, Jerry Lemelson yang memiliki ratusan hak paten atas hasil penemuannya, serta Hildred Walker yang berhasil mengukur jarak dari bumi ke bulan.

Dalam terang tradisi pemeriksaan batin diwariskan Santo Ignasius Loyola (1491-1556), melalui buku ini Baskara juga ingin mengajak para pembaca dengan hati tenang dan jernih melihat kembali pengalaman masa lalu masing-masing guna “memetik buah-buah rohani” dari berbagai pengalaman yang ada.

Selanjutnya, ia berharap buah-buah rohani itu bisa menjadi bekal untuk bersyukur dan menjalani hidup lebih baik. Entah hidup sebagai pribadi atau sebagai bangsa. Dengan merefleksikan kembali betapa sentralnya posisi Kepulauan Nusantara dalam dunia niaga pada masa prakolonial Asia Tenggara misalnya, diharapkan pembaca akan terinspirasi untuk bersama-sama mengusahakan posisi serupa sekarang ini.

"Hidup dan pengalaman setiap individu itu penting. Kita ini adalah bagian dari masyarakat. Kita bisa maju bersama sebagai bangsa. Saya ingin Bangsa Indonesia ini maju bersama. Saya ingin mengingatkan di masa lalu, terutama masa prakolonial, Indonesia punya peran penting di dunia ini karena kita punya Kepulauan Banda yang punya rempah-rempah," tutur Baskara.

Demikian halnya ketika merefleksikan kisah perjuangan Cyrus Habib. Kendati menyandang disabilitas, Cyrus Habib tetap mampu mencapai prestasi tinggi, mulai dari bidang politik hingga prestasi mendaki gunung tertinggi di Benua Afrika.

Sementara itu dengan merefleksikan ensiklik Paus Fransiskus berjudul Laudato Si diharapkan pembaca akan terinspirasi untuk semakin giat berpartisipasi dalam memelihara dan menjaga planet bumi yang adalah rumah kita bersama.

Dengan sengaja, Baskara menyampaikan gagasan-gagasan yang ada secara naratif alias dalam format cerita. Ia berharap, melalui format cerita seperti itu akan lebih mudah bagi pembaca untuk mengingat dan merefleksikannya dalam konteks lebih luas. Format cerita juga sengaja ia pilih, mengingat hampir sepanjang sejarahnya konon manusia selalu suka bercerita atau mendengar cerita dari orang lain.

Baskara berharap dengan menekuni kisah yang ada di halaman-halaman buku ini, para pembaca tidak hanya akan mendapatkan informasi baru atau menghangatkan kembali ingatan lama, melainkan juga akan terdorong untuk merefleksikan pengalaman-pengalaman mereka sendiri.

Sebagaimana pernah dikatakan filsuf Sokrates, hidup yang tidak pernah direfleksikan adalah hidup yang tak layak untuk dihidupi. Oleh karena itu, orang perlu berefleksi.

"Saya ingin supaya pembaca bisa mulai berefleksi mengenai hidupnya masing-masing untuk bisa hidup lebih baik berdasarkan refleksi itu entah sebagai pribadi, sebagai warga masyarakat maupun sebagai bangsa," harap Baskara.

Berbekal refleksi itu selanjutnya diharapkan seseorang akan siap menyambut pengalaman-pengalaman baru. Pengalaman bukan apa yang terjadi pada seseorang, kata Aldous Huxley, melainkan apa yang ia lakukan terhadap apa yang telah ia alami itu.

Terhadap apa yang dialaminya, Baskara mengambil tindakan untuk membagikan pengalaman-pengalamannya kepada para pembaca. Ia menyerahkan kepada para pembaca, apa yang ingin mereka lakukan terhadap pengalaman hidup masing-masing. (Adam)

(and_)