Hard News

Wilayah Timur Wonogiri Waspadai Kenaikan Kasus TBC

Jateng & DIY

29 November 2023 20:03 WIB

Ilustrasi

WONOGIRI, solotrust.com- Merujuk data Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonogiri, periode Januari-24 November 2023, tercatat 1.253 penemuan kasus TB. Sementara di 2022 lalu, ada 1.196 kasus TBC.
 
 "Salah satu penyumbangnya (pertambahan kasus TBC) ditemukannya TBC pada anak," ujar Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Wonogiri Satyawati Prawirohardjo, Senin (27/11/2023).
 
Wati sapaan akrab Satyawati menerangkan, di 2023 pihaknya melakukan skrining TBC pada anak-anak stunting.
 
Hasilnya, pada sebagian anak-anak stunting juga terpapar TBC dan menyumbang kenaikan kasus TBC di Kabupaten Wonogiri.
 
Berdasarkan data Dinkes, tercatat 478 kasus TBC pada anak. Hal itu adalah kasus baru yang ditemukan sejak awal Januari 2023 hingga 24 November 2023.
 
Penemuan kasus TBC terdapat dua jenis, yakni pasif dan aktif. Contoh kasus pasif adalah saat seseorang datang berobat karena bergejala batuk-batuk. Saat diperiksa ternyata TBC.
 
"Sementara yang aktif itu kami cari. Kami punya target dari kementerian. Target kami menemukan 1.419 kasus," kata Wati.
 
Kendala dalam penanganan TBC adalah ada penderita yang bosan meminum obat, sekaligus sulit untuk diajak disiplin.
 
Selain itu, ada juga pasien yang memilih obat herbal sehingga menambah pengeluaran. 
 
"Kalau untuk obat TBC kan gratis," ungkap Wati.
 
Penanganan TBC perlu dilakukan secara berkolaborasi. Dengan begitu, upaya eliminasi TBC bisa lebih optimal.
Wati menambahkan, bakteri TBC sangat kuat bertahan didalam tubuh manusia minimal dibutuhkan waktu 2 bulan untuk melemahkan, 4 bulan kemudian baru dapat dituntaskan dengan beberapa asupan obat yang tentunya didesain lebih simpel dan tidak membuat pasien TBC enggan meminum obat.
 
Sementara Staf Program Yayasan Mentari Sehat Indonesia (MSI) Wonogiri l, Wahyu Uli Artha menuturkan, komunitasnya menjalin kemitraan dengan dinkes dan pihak terkait
Tujuannya, bersama-sama mengintervensi TBC di 25 kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Sebanyak 100 kader disebar ke permukiman.
 
"Untuk tracing pasien, kami dapat datanya dari puskesmas, rumah sakit dan layanan kesehatan di klinik," ucap Wahyu.
 
Kader kemudian turun ke alamat pasien. Skrining kesehatan dilakukan di kontak serumah dan kontak erat sekitar.
 
Saat ada yang bergejala mengarah TBC, dirujuk untuk melakukan tes dahak.
 
Kendala yang dialami petugas saat turun di lapangan adalah medan dan cuaca buruk.
Selain itu sulitnya mengedukasi kepada pasien TBC masih cukup sulit dilakukan, mereka terkadang ngeyel jika penyakit TBC tidak mematikan, walaupun demikian penyakit TBC bisa menular dan berakibat fatal jika terlambat diobati. (Noto)

(Wd)