Ekonomi & Bisnis

Kemenko PMK Dorong Inovasi Akses Permodalan Wirausaha Muda

Ekonomi & Bisnis

05 Juni 2024 19:31 WIB

Ilustrasi (Foto: Unsplash/Mufid Majnun)

JAKARTA, solotrust.com - Tantangan akses permodalan terus menghambat pertumbuhan kewirausahaan pemuda di Indonesia. Faktor-faktor seperti risiko usaha tinggi, minimnya pengalaman, terbatasnya aset jaminan, dan rendahnya literasi keuangan menjadi penghambat utama.

Adapun untuk mengatasi tantangan ini, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menyelenggarakan diskusi bertajuk “Inovasi dalam Fasilitasi Akses dan Sumber Permodalan untuk Wirausaha Muda”.



Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kemenko PMK, Woro Srihastuti Sulistyaningrum, menekankan pentingnya peran pemuda dalam memajukan perekonomian.

“Kontribusi mereka melalui inovasi, lapangan kerja baru, dan pertumbuhan ekonomi sangatlah signifikan,” kata deputi yang akrab disapa Lisa, dilansir dari laman resmi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, kemenkopmk.go.id.

Lisa menambahkan, tantangan terbesar dihadapi pemuda dalam berwirausaha adalah pemasaran, permodalan, dan kompetensi.

"Sering kali, pelatihan kewirausahaan hanya berfokus pada keterampilan, tetapi melupakan pendampingan akses permodalan yang sangat penting sebagai dasar bagi kesuksesan," jelasnya.

Data menunjukkan jumlah wirausahawan di Indonesia masih rendah, hanya 3,47 persen dari total penduduk. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan Singapura (8,76 persen), Malaysia, dan Thailand telah mencapai lebih dari 4,5 persen.

"Terjadi penurunan jumlah wirausahawan dari tahun ke tahun, padahal jumlah pemuda mencapai 65,82 juta jiwa, hanya 19,48 persen yang menjadi wirausahawan," ungkap Lisa.

Diskusi ini menghadirkan para ahli yang memberikan pandangan dan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Executive Vice President Pengembangan Bisnis PT Permodalan Nasional Madani (PNM), Razaq Manan Ahmad menekankan pentingnya literasi digital bagi nasabah ultra mikro.

"Teknologi mereka masih rendah dan mereka membutuhkan onboarding secara offline, ekosistem transaksi berbasis tunai, serta data nasabah yang terstruktur," jelasnya.

Direktur Kelembagaan dan Layanan Jamkrindo, Abdul Bari, menekankan peran perusahaan penjaminan kredit dalam membantu akses pembiayaan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

"Keterlibatan mereka menjadi jembatan bagi UMKM debitur baru untuk mengakses pembiayaan," ungkapnya.

Sekretaris Umum Komunitas Pengusaha Tangan di Atas, Ferdian Brillian, mengungkap pentingnya akses pendanaan mudah dan murah.

"Proses pendampingan setelah mendapatkan pendanaan juga sangat penting untuk mencapai tujuan dan meminimalisasi risiko," ujarnya.

Analis Senior Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Andi Tito Pratama melihat FinTech sebagai alternatif dalam menjangkau masyarakat yang ingin mengakses layanan jasa keuangan secara praktis dan efisien.

"FinTech dapat menjangkau masyarakat yang tidak dapat dijangkau oleh perbankan konvensional," katanya.

Diskusi ini menghasilkan kesimpulan dibutuhkan dukungan kuat bagi wirausaha muda melalui inovasi dalam fasilitasi akses permodalan. Sinergi dan kolaborasi antarpihak diharapkan dapat menghadirkan ekosistem inklusif dan berkelanjutan untuk para wirausahawan muda.

(and_)