Pend & Budaya

Trilogia 2024: Mengungkap Kisah di Setiap Lantai Pameran Karya Seni Cetak Grafis

Pend & Budaya

08 Januari 2025 13:57 WIB

Direktur Festival Seni Cetak Grafis Trilogia, Sukma Smita Grah Brillianesti, Galeri RJ Katamsi ISI Yogyakarta, Rabu (18/12/2024). (Foto: Dok. solotrust.com/Reno Sugiarto)

YOGYAKARTA, solotrust.com – Dalam dunia yang semakin digital, sentuhan tangan manusia pada karya seni masih memiliki pesonanya tersendiri. Salah satu bentuk seni tak lekang waktu adalah seni cetak grafis.

Festival Seni Cetak Grafis Trilogia 2024 menjadi saksi bisu dari keindahan dan kerumitan proses mencetak karya seni cetak grafis. Festival Seni Cetak Grafis Trilogia 2024 resmi diselenggarakan mulai 7 hingga 20 Desember 2024.



Festival ini merupakan sebuah acara diselenggarakan Krack! Printmaking Collective. Dalam Festival Seni Cetak Grafis Trilogia 2024, Krack Studio didukung Kementerian Pendidikan, Dana Indonesiana, dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Selain itu, Festival Seni Cetak Grafis ini bekerja sama dengan berbagai pihak, di antaranya Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Galeri R.J Katamsi ISI Yogyakarta, Kementerian Kebudayaan, Indonesian Heritage Agency, dan beberapa pihak terlibat lainnya.

Festival Seni Cetak Grafis ini diberi tajuk ‘Trilogia’, dimana Krack! Printmaking Collective memiliki asumsi karya seni cetak grafis ini tak bisa dibicarakan hanya dalam satu kali festival. Oleh karena itu, Krack! Printmaking Collective membayangkan festival seni cetak grafis ini akan diselenggarakan tiga kali dan pada tahun ini menjadi festival pertama dari rangkaian Trilogia tersebut.

Direktur Festival Seni Cetak Grafis Trilogia 2024, Sukma Smita, mengatakan pada Trilogia 2024 memiliki tema ‘Watak’, dalam hal ini berbicara hal sangat dasar atau menjadi fondasi dari sebuah karya seni cetak grafis. Selain watak, nantinya Trilogia ini akan berbicara mengenai teknik dan medium dalam hal seni cetak grafis.


“Sekarang ini adalah yang pertama kita membicarakan watak, nantinya mungkin di festival berikutnya kita membayangkan akan membicarakan tentang teknik. Jadi bagaimana dia akan diproduksi melalui teknik, seperti push the boundaries dari teknik-tekniknya,” kata Sukma Smita.

“Terus di festival berikutnya adalah medium yang tidak hanya membatasi produksi seni cetak grafis dalam dua dimensional, tapi medium-medium dalam seni cetak grafis itu bisa dibuka sangat luas dan begitu dibicarakan dengan sangat luas,” imbuhnya.

Festival Seni Cetak Grafis Trilogia 2024 menghadirkan berbagai program menarik bagi para pecinta seni maupun khalayak umum, di antaranya Pameran Karya Seni Cetak Grafis, Program Kolaborasi, Program Publik, dan Simposium.

Secara keseluruhan, festival ini diselenggarakan di Yogyakarta, namun Program Kolaborasi diselenggarakan di Yogyakarta, Kupang, dan Jakarta. Sama seperti Program Kolaborasi, Program Publik juga diselenggarakan di tiga kota sekaligus, yakni Yogyakarta, Bali, dan Jakarta.

Pameran Karya Seni Cetak Grafis dalam Festival Seni Cetak Grafis Trilogia ini terbagi menjadi tiga tema, yakni Ada dan Berlipat Ganda, Artist Proof, dan Cetak Aksi: Dari Kamar Gelap ke Lapak Terang.

Pameran dengan tema ‘Ada dan Berlipat Ganda’ dengan kurator Febrian Adinata Hasibuan dan Sita Magfira. Di lantai dua Galeri RJ Katamsi ISI Yogyakarta terdapat pameran dengan tema ‘Artist Proof: Wajah, Praktik, dan Arena Seni Cetak Grafis Kontemporer’ dengan kurator Ace House Collective dan Britto Wirajati. Sementara di lantai tiga pameran karya seni cetak grafis, terdapat satu pameran dikuratori Khoiril Maqin dengan tema ‘Cetak Aksi: Dari Kamar Gelap ke Lapak Terang’.

Pameran karya seni cetak grafis di lantai satu ini bertajuk ‘Ada dan Berlipat Ganda’ dengan kurator Febrian Adinata Hasibuan dan Sita Magfira. Pameran ini berisi karya seni cetak grafis tentang arsip prograganda seni cetak grafis yang dibentang dari masa kolonial hingga reformasi.

Pameran di lantai satu ini memuat berbagai karya seni cetak grafis yang dahulu digunakan sebagai bahan propaganda pada masa kolonial dari 21 sumber dan kontributor arsip. Pameran arsip propaganda ini hendaknya menekankan kembali sebuah progranda dengan menggunakan suatu karya seni cetak grafis menjadi hal yang tak bisa terpisahkan dari kehidupan.


Salah satu karya menarik adalah Menjelang Hari Gemilang. Ini merupakan karya berfokus pada propaganda masa kependudukan Jepang di Indonesia selama 3,5 tahun. Pada masa itu, Jepang mempunyai peranan penting dalam membentuk dan juga menyebarluaskan gagasan tentang nasionalisme Indonesia.

Mengapa demikian? Jepang memberikan ajakan kepada masyarakat agar terus bekerja untuk membangun Indonesia dan Asia Raya yang muncul secara berulang lewat artikel, berita, lirik lagu, dan juga ilustrasi.

Pada pameran di lantai dua dengan tajuk ‘Artist Proof: Wajah, Praktik, dan Arena Seni Cetak Grafis Kontemporer’ dengan kurator Ace House Collective dan Britto Wirajati. Pameran ini menyajikan beberapa capaian artistik yang sifatnya ideologis, meluas dan menjalar.

Tujuan dari para kurator menyajikan karya seni cetak grafis pada pameran ini untuk bisa menelusuri kembali bagaimana perwajahan karya-karya seni cetak grafis yang dipersepsikan sebagai sebuah karya expanded printmaking, baik dari konsep visual maupun nonvisual yang merupakan akibat dari perkembangan arena seni rupa kontemporer. Pameran ini menghadirkan karya seni cetak grafis dari 23 seniman Indonesia maupun mancanegara.


Karya ‘Football Print: Art and Football for Peace’ dari Tisna Sanjaya ini menjadi salah satu daya tarik pengunjung ketika menaiki lantai dua Pameran Karya Seni Cetak Grafis. Dalam membuat karya ini, Tisna Sanjaya berkolaborasi dengan dua seniman lainnya, yakni Amin Taasha dan Mumtaz Khan Chopan.

Karya ini menggabungkan seni cetak grafis dengan seni perfomans, mengangkat tema sepak bola sebagai simbol perdamaian dunia. Tisna Sanjaya ingin memberikan gambaran sepak bola bisa menjadi media atau ruang untuk menyuarakan solidaritas dan juga harapan mewujudkan perdamaian dunia.

Pada lantai terakhir Pameran Karya Seni Cetak Grafis terdapat pameran dengan tajuk ‘Cetak Aksi: Dari Kamar Gelap ke Lapak Terang’ dengan kurator Khoiril Maqin. Pameran ini, menampilkan beberapa karya cetak yang merupakan koleksi dari para kontriutor pameran, baik individu maupun komunitas dengan berbagai latar belakang berbeda.

Pameran menghadirkan ragam visual cukup bervariatif, pengunjung bisa bereksplosari mulai dari grafis masa lalu hingga grafis hari ini. Pada lantai tiga Galeri RJ Katamsi ini diisi karya-karya dari sembilan kontributor koleksi.


Wahana Sukaria Permainan Gambar Umbul tersedia di pameran ini menjadi salah satu karya eye catching. Gambar Umbul ini sebenarnya merupakan hasil adaptasi dari gambar-gambar pada kartu rokok yang berubah menjadi mainan sejak masa kolonial.

Gambar Umbul juga menjadi sebuah apresiasi untuk seni cetak grafis yang sudah ada sejak masa lalu. Menariknya, setiap Rabu selama periode pameran terdapat program publik, yakni Rabu Oemboel atau Ramboel. Di sini pengunjung bisa ikut bermain di Wahana Sukaria Permainan Gambar Umbul.

Festival Seni Cetak Grafis Trilogia 2024 merupakan festival pertama diselenggarakan Krack! Printmaking Collective. Sukma Smita berharap Festival Seni Cetak Grafis Trilogia bisa memberikan kontribusi dalam hal seni cetak grafis lebih luas lagi, tidak hanya dalam wacana seni rupa kontemporer saja. Selain itu, dirinya juga mengajak kolaborasi dari beberapa komunitas seni yang ada di Indonesia untuk mewujudkan harapan tersebut.

“Tentu saja, itu salah satu harapannya. Bisa berkontribusi itu dalam hal tidak hanya seni cetak grafis dalam wacana seni rupa kontemporer atau seni saja, tapi seni cetak grafis yang lebih luas,” kata Sukma Smita.

“Nah dari situ, harapan itu kita wujudkan melalui beberapa kerja sama kolaborasi. Kerja sama tidak hanya dengan komunitas seni dan budaya, tapi juga komunitas sekolah sablon Indonesia di mana di dalamnya ada para praktisi yang bekerja untuk upgrading produksi cetak grafis sablon bersama dalam wilayah industri dan ekonomi kreatif,” pungkas dia. (Reno Sugiarto)

(and_)