JAKARTA, solotrust.com - Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) menggagas penerapan Kurikulum Cinta. Ini menjadi inisiatif dalam pengembangan pendidikan agama dan keagamaan dalam rangka menanamkan nilai cinta kepada Tuhan, sesama manusia, lingkungan, dan bangsa sejak usia dini.
Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno. Menurutnya, pendidikan karakter di Indonesia membutuhkan inovasi lebih mendalam, salah satunya melalui pendekatan integratif dan sistematis dalam kurikulum.
Amien Suyitno menilai, saat ini masih terdapat fenomena sejumlah pelajar menunjukkan sikap intoleran, saling menyalahkan, bahkan membenci satu sama lain karena perbedaan keyakinan. Hal ini sering kali terjadi tanpa disadari sejak dini. Oleh karena itu, Kurikulum Cinta hadir sebagai solusi melalui insersi nilai-nilai keberagaman dalam berbagai mata pelajaran, khususnya dalam pendidikan Islam di bawah naungan Kementerian Agama.
Kurikulum ini, kata Amien Suyitno, menekankan empat aspek utama. Pertama, membangun cinta kepada Tuhan (hablum minallah). Anak-anak sejak dini dibiasakan memperkuat hubungannya dengan Allah.
“Kedua, membangun cinta kepada sesama manusia. Apa pun agamanya, anak-anak harus dibiasakan dengan keberagaman, membangun hablum minannas yang kuat,” sebutnya, dilansir dari laman resmi Kementerian Agama RI, kemenag.go.id, Kamis (27/02/2025).
Selain itu, Amien Suyitno juga mengutip sorotan Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar untuk membentuk kepedulian terhadap lingkungan (hablum bi’ah).
“Kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini harus ditangani secara terstruktur dan sistematis. Anak-anak kita harus disadarkan akan pentingnya menjaga bumi,” lanjutnya.
Keempat, kecintaan terhadap bangsa (hubbul wathan). Ini juga menjadi pilar penting dalam kurikulum cinta.
“Banyak anak kita yang setelah belajar di luar negeri, justru lebih merasa menjadi orang luar dibandingkan bagian dari bangsanya sendiri. Kita ingin menginsersi agar anak-anak kita tetap berpegang teguh pada akar budayanya,” ungkap Amien Suyitno.
Strategi Implementasi
Kurikulum Cinta tidak diperkenalkan sebagai mata pelajaran baru, melainkan akan diintegrasikan ke dalam berbagai mata pelajaran yang sudah ada. Kementerian Agama melalui Ditjen Pendidikan Islam telah menyiapkan buku panduan yang akan menjadi acuan bagi para pendidik dalam menyisipkan nilai-nilai cinta, toleransi, dan spiritualitas ke dalam pembelajaran.
Strategi implementasi kurikulum ini akan disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Misalnya, di tingkat pendidikan Raudhatul Athfal (RA/PAUD), metode pembelajaran akan menggunakan permainan dan pembiasaan positif. Sementara itu, di jenjang pendidikan lebih tinggi, pendekatan berbasis pengalaman dan refleksi akan lebih ditekankan.
“Kami sudah melakukan riset dan survei terkait kondisi keberagaman di Indonesia dan memang masih ada tantangan yang perlu kita hadapi bersama. Oleh karena itu, pendidikan harus menjadi landasan utama untuk memperbaiki kondisi ini,” ujar Amien Suyitno.
Implementasi Kurikulum Cinta diharapkan dapat membawa perubahan nyata dalam kehidupan sosial, baik dalam konteks keagamaan, hubungan kemanusiaan, maupun keberagaman bangsa. Prof Yitno, sapaan akrabnya, menegaskan keberhasilan kurikulum ini tidak hanya akan diukur dari aspek kognitif, namun juga dari perubahan sikap dan perilaku peserta didik.
“Kita tidak ingin agama hanya menjadi sesuatu yang normatif, tetapi harus bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari RA hingga perguruan tinggi, kita ingin membentuk individu yang ramah, humanis, nasionalis, dan peduli lingkungan,” tambahnya.
Sebagai langkah awal, Kementerian Agama akan melakukan pendampingan bagi para pendidik serta mempersiapkan instrumen evaluasi yang dapat mengukur keberhasilan Kurikulum Cinta secara berkelanjutan. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat dan pemangku kepentingan pendidikan sangat dibutuhkan agar kurikulum ini dapat berjalan efektif dan berdampak luas.
Diterapkannya Kurikulum Cinta, diharapkan Indonesia dapat melahirkan generasi yang lebih toleran, inklusif, dan penuh kasih sayang—mewujudkan masyarakat yang harmonis dalam keberagaman.
(and_)