Solotrust.com – Selama bertahun-tahun, gagasan urutan kelahiran memengaruhi kepribadian telah menjadi topik menarik. Stereotipe seperti sindrom putri sulung yang dianggap bertanggung jawab dan perfeksionis atau si bungsu pemberontak, telah melekat kuat dalam masyarakat. Namun, penelitian ilmiah terbaru menunjukkan bukti di balik gagasan ini tidak sesederhana yang dibayangkan.
Melansir BBC, Senin (04/08/2025), Rodica Damian, seorang profesor psikologi, menjelaskan penelitian sebelumnya sering kali memiliki kelemahan metodologis, seperti ukuran sampel yang kecil dan bias dalam laporan diri. Studi modern dengan data lebih besar menemukan variabel seperti jumlah saudara kandung, status sosial ekonomi, usia, dan gender, semuanya memainkan peran yang jauh lebih kompleks dalam membentuk kepribadian, sehingga sulit untuk mengaitkan sifat tertentu secara langsung dan universal dengan urutan kelahiran.
Kendati demikian, para ahli tak menyangkal urutan kelahiran bisa relevan dalam konteks keluarga atau budaya tertentu. Misalnya, stereotipe tentang putri sulung mengasuh adik-adiknya bisa terasa nyata bagi mereka yang memang mengalami hal itu. Ini bukan karena ada pola universal, melainkan disebabkan pengalaman spesifik tersebut membentuk diri mereka.
Kecerdasan sebagai pengecualian dan pengaruh lingkungan
Menariknya, ada satu aspek di mana urutan kelahiran menunjukkan korelasi konsisten, yakni kecerdasan. Penelitian menunjukkan anak sulung cenderung memiliki skor tes kecerdasan sedikit lebih tinggi daripada adik-adiknya.
Hal ini bukan disebabkan faktor genetik, melainkan karena stimulasi kognitif lebih besar di tahun-tahun awal kehidupan. Anak sulung mendapat lebih banyak interaksi verbal dengan orang dewasa. Namun, efek ini sangat kecil dan bisa dipengaruhi banyak faktor lain, seperti suasana hati atau jam tidur.
Lingkungan juga memainkan peran krusial. Seorang anak lebih tua dianggap lebih bertanggung jawab mungkin hanya karena mereka memang lebih dewasa. Begitu pula, pergaulan dengan teman sebaya dapat memengaruhi perilaku anak.
Studi juga menemukan di beberapa negara berkembang seperti Indonesia, adik-adik justru memiliki peluang pendidikan lebih baik karena adanya kendala finansial berkurang seiring waktu yang menunjukkan faktor sosial-ekonomi sering kali lebih dominan daripada urutan kelahiran.
Pada akhirnya, para ahli menyimpulkan urutan kelahiran tak memiliki efek jangka panjang signifikan pada ciri-ciri kepribadian secara luas. Kendati urutan kelahiran mungkin tidak menentukan siapa kita, ia tetap menjadi bagian dari narasi pribadi yang bisa kita bagikan dan kaitkan dengan pengalaman hidup.
Stereotipe lebih banyak berfungsi sebagai label yang membantu kita memahami pengalaman di dalam keluarga, bukan sebagai cetak biru kepribadian secara pasti. (Annabatista Bria)
*) Sumber
(and_)