Hard News

Kisah Inspiratif: Satpam UGM Hantarkan Sang Anak Raih Gelar Doktor

Hard News

22 April 2018 22:42 WIB

Teguh Tuparman berpose bersama istri dan anaknya, Retnaningtyas Susanti usai wisuda (ugm.ac.id)

YOGYAKARTA, solotrust.com - Mengenakan seragam satpam lengkap dengan sepatu boots kebanggaannya, Teguh Tuparman berjalan tegap menuju gedung Grha Sabha Pramana dengan menggandeng istri serta anak-anaknya. Hari itu adalah hari penuh sukacita karena berkesempatan menyaksikan putri sulungnya diwisuda di Universitas Gadjah Mada (UGM) menyandang gelar doktor.

Retnaningtyas Susanti lahir 33 tahun silam, pada tahun yang sama saat Teguh mulai bekerja di UGM. Ia bergabung dengan satuan keamanan kampus, kini bernama Pusat Keamanan Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (PK4L). Baginya, dua momen penting dalam hidupnya terjadi hampir bersamaan ini bukanlah suatu kebetulan.



“Saya percaya ini memang sudah rezeki, semua sudah diatur,” ucapnya yakin, dilansir dari laman resmi Universitas Gadjah Mada, ugm.ac.id, Minggu (22/04/2018).

Senyum tak bisa lepas dari wajah Teguh ketika ia menceritakan perjalanan anaknya hingga berhasil menyelesaikan jenjang pendidikan tertinggi di kampus UGM. Teguh masih mengingat saat-saat ia sering membawa Tyas kecil ke tempat kerjanya, mengajaknya ikut berpatroli di akhir pekan. Sembari mengitari fakultas demi fakultas, terbersit keinginan dalam hatinya suatu hari melihat anaknya bisa kuliah di salah satu gedung setiap hari dilewatinya.

“Kan saya kerja di tempatnya orang-orang pintar, jadi saya ingin juga anak saya nanti bisa jadi seperti orang-orang ini,” kata dia.

Berbekal impian itu, Teguh dengan mantap mendukung anaknya saat ingin melanjutkan studi di Prodi Antropologi UGM selepas menyelesaikan pendidikan SMA. Meski sejatinya bukan hal mudah baginya mengumpulkan biaya kuliah, di samping memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga dengan gaji terbatas.

“Dulu ya harus korban moral dan material, hutang sana sini, tapi saya yakin kalau uang itu digunakan untuk hal yang baik nanti akan ada penggantinya. Nyatanya sampai sekarang kami bisa hidup cukup dan empat anak kami semua kuliah,” tuturnya.

Dukungan penuh dari orang tua dan tekad pribadi membawa Tyas menyelesaikan jenjang S-1 dalam waktu cukup singkat, tiga tahun tujuh bulan. Selepas lulus, ia sempat bekerja sebagai peneliti di Pusat Studi Kebijakan dan Kependudukan (PSKK) UGM.

Seiring berjalannya waktu, kecintaannya terhadap penelitian menumbuhkan impian dalam dirinya untuk berprofesi sebagai dosen. Dua tahun setelah lulus dengan gelar sarjana, ia memutuskan melanjutkan studi jenjang S-2.

“Waktu saya kuliah S-1 Bapak dukung penuh. Meski awalnya saya tidak yakin bisa kuliah, Bapak yakinkan bahwa saya bisa kuliah, tapi waktu saya mau S-2 Bapak tidak bisa membiayai lagi karena adik-adik saya juga masih sekolah semua,” tutur Tyas.

Ia pun bertekad membiayai sendiri kuliahnya. Berbagai pekerjaan sampingan pernah dilakoni demi mencari penghasilan tambahan, mulai dari bekerja di warung kopi hingga berjualan.

“Saya masih ingat dulu sering berjualan salak di depan sini,” ujarnya, sembari menunjuk salah satu sudut di sisi Selatan UGM.

Segala kerja keras ia lalui pun membuahkan hasil. Pada 2011, Tyas berhasil membawa pulang gelar master di bidang pariwisata. Gelar yang membuka jalan baginya untuk memulai profesi dosen di Universitas Andalas Padang. Pada 2013, Tyas pun kembali lagi ke Yogyakarta untuk menempuh studi S-3 dengan beasiswa BPPDN Dikti.

Bagi Tyas, perjalanan penjang dilalui membuatnya sadar tak ada kata tidak mungkin bagi orang yang memiliki niat tulus dan kesungguhan menimba ilmu. Bagi adik-adiknya yang masih duduk di bangku kuliah, juga orang lain membaca kisahnya, dirinya menitipkan pesan untuk terus berjuang mendapatkan pendidikan terbaik karena ada berbagai jalan dapat ditempuh.

Usai melihat anaknya diwisuda untuk kali ketiga, tak ada lagi hal yang Teguh harapkan dari putrinya ini. Namun bagi Tyas, keberhasilannya meraih gelar doktor justru menambah satu impiannya bagi orang tua tercinta.

“Saya ingin Bapak dan Ibu melihat saya dikukuhkan sebagai guru besar suatu hari kelak,” ucapnya mantap sambil merangkul sang ayah tercinta.

(and)