Hard News

Musim Hujan Datang Lebih Cepat, Ada Ancaman Bahaya Hidrometeorologi

Nasional

16 September 2025 15:35 WIB

Ilustrasi (Foto: Pixabay/Geralt)

JAKARTA, solotrust.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksikan musim hujan 2025/2026 di Indonesia akan datang lebih awal dari kondisi normal.

Berdasarkan pemantauan iklim terkini, sebagian wilayah Indonesia mulai memasuki musim hujan sejak Agustus 2025 dan secara bertahap akan meluas ke sebagian besar wilayah pada periode September hingga November 2025.



Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyatakan dibandingkan dengan rerata klimatologis 1991–2020, awal musim hujan tahun ini cenderung maju di sebagian besar wilayah Indonesia.

“Musim hujan diprediksi berlangsung dari Agustus 2025 hingga April 2026 dengan puncak hujan bervariasi, sebagian besar terjadi pada November–Desember 2025 di Sumatra dan Kalimantan, serta Januari–Februari 2026 di Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua,” ungkapnya dalam Konferensi Pers Prediksi Musim Hujan 2025/2026 di Jakarta, Jumat (12/09/2025), dikutip dari siaran pers BMKG.

Adapun dari 699 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 79 ZOM (11,3 persen) diprediksi akan memasuki musim hujan pada September 2025, meliputi sebagian besar Sumatra Utara, sebagian Riau, Sumatra Barat bagian Utara, Jambi bagian Barat, Bengkulu bagian Utara, Bangka Belitung bagian Selatan, Sumatera Selatan, sebagian kecil Jawa, Kalimantan Selatan, dan sebagian Papua Selatan.

Sebanyak 149 ZOM (21,3 persen) lainnya diprediksi memasuki musim hujan pada Oktober 2025, meliputi sebagian Lampung, sebagian besar Pulau Jawa, Bali, sebagian Nusa Tenggara Barat, Sulawesi bagian Selatan, dan Papua bagian tengah. Sementara itu, 105 ZOM (15 persen) akan mulai mengalami musim hujan pada November 2025, meliputi sebagian besar Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, Sulawesi bagian tengah dan Tenggara, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat, serta sebagian Papua.

Jika dibandingkan rerata klimatologis 1991–2020, sebanyak 294 ZOM (42,1 persen) akan mengalami awal musim hujan lebih cepat (maju), 50 ZOM (7,2 persen) sama dengan normalnya, dan 56 ZOM (8,0 persen) akan mengalami musim hujan lebih lambat (mundur). Dengan kata lain, mayoritas wilayah Indonesia diprediksikan menghadapi musim hujan lebih cepat dari biasanya.

Secara umum, sifat hujan pada musim hujan 2025/2026 diprediksikan berada pada kategori normal (69,5 persen), artinya curah hujan musiman tidak jauh berbeda dengan biasanya. Kendati demikian, terdapat 193 ZOM (27,6 persen) berpotensi mengalami musim hujan dengan sifat atas normal, di antaranya sebagian besar Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, beberapa wilayah Sulawesi, serta Maluku dan Papua. Selain itu, terdapat pula 20 ZOM (2,9 persen) diprediksi mengalami musim hujan bawah normal.

“Dengan kondisi ini, potensi ancaman bahaya hidrometeorologi yang dapat menyebabkan dampak seperti banjir, banjir bandang, genangan air, tanah longsor, dan angin kencang tetap perlu diwaspadai, terutama pada wilayah dengan prediksi curah hujan atas normal,” ujarnya.

Oleh karena itu, lanjut Dwikorita Karnawati, BMKG mengimbau kementerian/lembaga, pemerintah daerah, sektor terkait, dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Penyesuaian kalender tanam pertanian, pengelolaan waduk dan irigasi, perbaikan drainase, pengendalian hama di perkebunan, hingga langkah mitigasi dampak ancaman bahaya hidrometeorologi harus dilakukan sejak dini agar dampak dapat ditekan.

Sementara itu, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menerangkan faktor global dan regional turut memengaruhi dinamika musim hujan tahun ini. Pada Agustus 2025, fenomena El Niño–Southern Oscillation (ENSO) berada dalam kondisi netral (indeks –0,34), sehingga tak ada pengaruh signifikan dari Samudra Pasifik. Kendati demikian di sisi lain, Indian Ocean Dipole (IOD) tercatat dalam kondisi negatif (indeks –1,2), menandakan adanya suplai tambahan uap air dari Samudra Hindia ke wilayah Indonesia, khususnya bagian Barat.

Selain itu, kata dia, suhu muka laut di perairan sekitar Indonesia lebih hangat (+0,42) dari rata-rata klimatologis, sehingga memicu pembentukan awan hujan lebih intensif. ENSO netral diprediksikan bertahan hingga akhir 2025, sementara IOD negatif diperkirakan berlangsung hingga November 2025.

“Kondisi musim hujan yang maju dari normal memberikan manfaat positif bagi petani untuk menyesuaikan pola tanam lebih dini guna meningkatkan produktivitas, sekaligus mendukung upaya swasembada pangan,” terangnya.

(and_)

Berita Terkait

Berita Lainnya