Ekonomi & Bisnis

Beri Kuliah Umum di IAIN Surakarta, Sri Mulyani Minta Tak Cemaskan Utang Negara

Ekonomi & Bisnis

26 Mei 2018 14:03 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat bersilaturahmi dengan para santri dan pengajar di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor di Ponorogo, Jatim, Jumat (25/5/2018) malam. (Dok Kemenkeu)

SOLO, solotrust.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa kondisi utang negara Indonesia masih dalam batas aman. Ia mengaku, jumlah utang luar negeri Indonesia yang saat ini bertambah sebagai salah satu upaya meningkatkan ekonomi masyarakat Indonesia.

Utang disebtunya perlu untuk menambal defisit APBN, sebab biaya belanja negara lebih tinggi dibanding penerimaan.



"Saya tidak mengatakan utang itu sesuatu yang sepele, tetap kita akan jaga. Namun bila dibanding keadaan ekonomi, kita masih aman. Karena komposisi utang dalam negeri 71% sedangkan utang luar negeri 29% dalam valuta asing (dollar, yen, euro)," paparnya saat memberikan Kuliah Umum di IAIN Surakarta, Sabtu (26/5/2018).

Berdasar Undang-undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003, batas maksimal rasio utang pemerintah adalah 60 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Kata Sri Mulyani, APBN mencapai Rp2.200 triliun sedangkan PDB hanya Rp14 triliun.

"Sekarang utang kita Rp4.800 triliun. Utang kita tahun lalu 2,55% sekarang 2,18% dari PDB. Itu berarti tren menurun. Tahun depan kita akan membuat APBN dengan DPR, kalau bisa 1,9% atau lebih rendah lagi," terangnya.

Untuk itu lah, ia meminta agar masyarakat tidak khawatir dengan tambahan utang tersebut. Sebab, secara rasio utang pemerintah masih dalam kondisi yang aman meskipun nominal bertambah.

Ia mengatakan, pemerintah terus berupaya menurunkan rasio utang Indonesia. Salah satunya dengan meningkatkan jumlah penerimaan melalui reformasi perpajakan. Sehingga semua warga negara Indonesia membayar pajak sesuai kewajiban.

"Kita paham penerimaan pajak kita perlu ditingkatkan. Namun terkadang orang kaya tidak menyimpan uang di dalam negeri. Untuk itu Indonesia menandatangani Automatic Exchange of Information (AEoI) dengan 10 negara," imbuhnya.


Terkait kuliah umum tersebut, pihaknya berharap para mahasiswa IAIN Surakarta terutama dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, mampu menjadi pakar-pakar keuangan tidak hanya keuangan syariah tapi juga keuangan konvensional.

"Mahasiswa merupakan investasi yang paling besar, mari memperbaiki kualitas mahasiswa sehingga nanti bisa menjadi tiang- tiang negara yang membanggakan," pungkasnya. (Rum)

(way)