BUSAN, Solotrust.com –Seni budaya Indonesia kembali mencuri perhatian masyarakat internasional. Dalam Indonesian Street Festival 2018 yang digelar di Busan, Korea Selatan baru-baru ini, perhatian penonton tertuju pada aktrasi Reog yang ditampilkan.
Indonesian Street Festival 2018 merupakan puncak kegiatan Promosi Terpadu yang digagas KBRI Seoul dengan tema ‘Easy Access Indonesia; Unlocking the Infinite Culture, Nature and Venture’ yang digelar selama dua minggu penuh di Busan dari tanggal 15 hingga 27 Mei 2018. Promosi terpadu ini menitikberatkan pada upaya memperkenalkan berbagai potensi Indonesia secara keseluruhan.
“Program ini dikemas menjadi satu paket promosi terpadu untuk memperkenalkan budaya, pariwisata dan peluang berbisnis di Indonesia dalam satu rangkaian kegiatan menarik, untuk menyasar seluruh lapisan masyarakat Korea Selatan dari berbagai usia,” kata Dubes RI Seoul, Umar Hadi seperti dilansir dari laman berita perwakilan Kementerian Luar Negeri, Selasa (29/5/2018).
Digelar di Apec Naru Park pada 27 Mei 2018, taman yang terletak di pinggir jalan utama kota Busan yang biasanya hanya tampak segelintir masyarakat setempat yang berolah raga sontak menjadi ramai. Terlihat pula masyarakat internasional yang bermukim di Busan ikut antusias menyaksikan ragam budaya Indonesia yang digelar disana.
Acara diawali dengan sajian tari tradisional Indonesi mulai dari Tari Lenggang Nyai dari Jakarta hingga tari Sanggau dari Kalimantan. Tepuk tangan meriah didapatkan saat Tari Saman ditampilkan. Walaupun tampil tanpa iringan musik yang berarti, tarian yang mengandalkan riuh suara para penari dan gerakan rampak terpadu yang dilakukan seperti tepuk tangan, memukul dada maupun paha ini sukses mendulang atensi dari para penonton.
Kendati demikian, penampilan yang benar-benar membuat penonton kagum adalah atraksi Reog dari Kelompok Reog Singo Mudho Korea. Komunitas Group Reog ini beranggotakan para Pekerja Migran Indonesia di Korea Selatan.
Selain Barongan Dadak Merak berkepala singa yang menjadi sentra pertunjukan, ada pula Bujang Ganong dan jathil yang ditarikan sekelompok penari perempuan. Tingkah sang Barongan Dadak Merak yang gagah namun seringkali juga lucu dan jahil sontak membuat para penonton mengeluarkan berbagai macam emosi dari tertawa, kaget dan kadang melongo dibuatnya. Tak sedikit pula yang meminta berfoto bersama sang penampil Reog di akhir penampilan.
Selain Reog, Indonesian Street Festival 2018 juga menyajikan musik dangdut-campursari. Walaupun banyak yang tidak memahami makna lagu yang dibawakan penyanyi, namun lantunan musik dengan irama cepat dan unik tersebut tak pelak ikut membuat penonton yang hadir ikut bergoyang.
Musik dangdut sendiri memang tidak terlalu sulit dipahami masyarakat Korea karena mereka juga mempunyai musik khas yang disebut Trot. Musik tersebut sedikit banyak mirip dengan Dangdut yang ada di Indonesia.
Sementara itu, penganan khas Indonesia seperti tempe goreng dan kue pastel kering juga dihadirkan kepada para penonton. Diakhir acara, semua penonton turun tumpah ruah mengikuti gerakan poco-poco yang dikomando langsung oleh Istri Duta Besar RI untuk Korea Selatan, Nila Umar Hadi.
Sebelumnya, dalam bingkai kegiatan Easy Access Indonesia ini, telah digelar pula berbagai kegiatan menarik lainnya yaitu Pameran Produk, Budaya dan Pariwisata, Special Lecture oleh Dubes RI, Forum Bisnis dan CEO Meeting, Pembacaan Dongeng Indonesia desertai dengan Seni Lukis Pasir, kelas Bahasa Indonesia, Pemutaran Film Indonesia, Icip – Icip Kopi Indonesia hingga kelas memasak makanan Indonesia.
Dubes Umar menggarisbawahi bahwa maksud dan tujuan program terpadu ini semata sebagai salah satu upaya untuk memajukan hubungan RI-Korsel, yang telah meningkat menjadi Special Strategic Partnership.
“Hubungan politik memang penting, hubungan ekonomi apalagi. Tapi yang paling utama sebenarnya adalah hubungan antar masyarakat kedua negara, atau people to people contact,” tutur Dubes Umar. (Lin)
(wd)