JAKARTA, solotrust.com – Masih hangat soal prestasi membanggakan yang ditorehkan Lalu Muhammad Zohri, kini publik kembali dihentakan sosok Fauzan Noor.
Zohri yang menjadi juara lari 100 meter dunia U-20 belum lama ini, mendapat perhatian luar biasa dari berbagai pihak. Nasibnya kini begitu diperhatikan, banyak yang menawarinya bantuan usai tahu kondisi perekonomian Zohri yang di bawah rata-rata.
Namun ternyata, muncul juga Zohri-zohri yang lain. Jauh sebelum nama Zohri muncul di permukaan, ternyata sudah ada sosok Fauzan Noor yang lebih dulu mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Fauzan memenangi kumite (perkelahian) kejuaraan dunia karate tradisional (ITKF / International Traditional Karate Federation) di Praha, Republik Ceko, Januari 2018 lalu.
Bedanya dengan Zohri, Fauzan tak mendapat perhatian sama sekali usai meraih juara. Bahkan mengutip akun Facebook Yuni Rusmini, pemuda 21 tahun asal Banjarmasin itu terbang ke Praha berbekal ala kadarnya. Ia hanya berbekal mi instan dan ikan asin sebagai bekal logistiknya.
"Saat itu ketika berangkat ke Praha bermodalkan makanan mie instan, ikan asin (untuk lauk) dan kacang bungkus. Biaya untuk ngurus visa pun harus utang dan sehabis pertandingan harus cari uang untuk bisa mengembalikan," tulis Yuni, Rabu (18/7/2018).
Sontak, kabar mengenai Fauzan ini langsung viral di media sosial. Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) sebagai lembaga yang berkaitan, angkat bicara soal ini.
“Tidak ada maksud sama sekali dari Kemenpora untuk tidak memberikan perhatian pada Fauzan Noor atas prestasinya di kejuaraan dunia karate tradisional yang berlangsung di Praha beberapa bulan lalu. Justru sebaliknya, Kemenpora menyampaikan kebanggaan atas prestasi yang telah diperoleh oleh Fauzan Noor, dan diharapkan terus meningkat prestasinya,” kata Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto dalam keterangan resminya, Kamis (19/7/2018).
Gatot mengatakan, dalam waktu dekat Menpora Imam Nahrawi akan memberikan apresiasi kepada Fauzan atas prestasinya ini. Selain itu Menpora juga memerintahkan untuk memanggil sesegera mungkin pengurus Federasi Karate Tradisional Indonesia (FKTI), Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI), dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).
“Tujuannya selain untuk apresiasi, juga untuk mengingatkan mereka tentang pola dan mekanisme serta prosedur yang harus ditempuh dalam pengiriman atlet ke luar negeri. Ini untuk menghindarkan suatu kondisi manakala makin banyak atlet olahraga rekreasi ke luar negeri tanpa pemberitahuan pemerintah, namun ketika memperoleh prestasi langsung menuntut penghargaan dari pemerintah,” jelas Gatot.
(way)