Hard News

Pemilik Industri Tahu di Klaten Gunakan Kedelai Impor

Jateng & DIY

21 Agustus 2018 16:27 WIB

Pekerja di induatri tahu sedang melakukan aktivitasnya. (solotrust.com/jaka)


KLATEN, solotrust.com- Pemilik industri tahu dan tempe di sejumlah desa di Kecamatan Tulung, Klaten mulai mengalami kesulitan bahan baku kedelai. Kesulitan bahan baku itu lantaran setoran dari petani kedelai di wilayah Cawas, Klaten mengalami penurunan.



Ketua paguyuban sari kedelai Bagdiyono mengatakan, selama ini para pemilik industri tahu dan tempe di dukuh Kirkawi, desa Bono mengalami kesulitan bahan bahu kedelai. Kesulitan bahan ini dialami para pemilik usaha tahu sudah sejak lama.

"Industri tahu ini kebetulan di dukuh kami, yakni Kirkawi. Di dukuh ini hampir 74 persen usahanya tahu. Usaha ini sudah turun menurun sejak para pendahulu dukuh ini. Menurut cerita usaha tahu disini sejak jaman Belanda," katanya saat ditemui solotrust.com, Selasa (21/8/2018).

Saat ini, kata dia, pemilik usaha tahu dan tempe mulai mengunakan kedelai impor, seperti kedelai dari Amerika. Sebab kedelai lokal tidak mencukupi untuk produksi tahu setiap harinya.

"Kalau soal harga tidak bisa ditentukan. Harganya fluktuatif. Ya, kita mengikuti harga saja yang penting bisa produksi. Kalau tidak bisa mengikuti harga ya tidak bisa melanjutkan produksi lagi," kata Bagdiyono.

Sulit bahan baku kedelai, menurutnya bisa mempengaruhi harga jual di pasaran. "Kami paling sulit menentukan harga jual di pasaran. Ya, itu karena harga bahan bakunya yang sering berubah-rubah. Pemasaran kita hanya lokalan, sekitar Jatinom dan wilayah Boyolali,"ujarnya.

Sulitnya bahan baku juga dialami pengusaha tahu di Desa Cokro, Kecamatan Tulung, Suryo. Ia mengaku, kesulitan bahan baku kedelai juga dialami sejak lama.

"Kalau kedelai dari wilayah Klaten kurang mencukupi. Saya berlangganan di Pasar Legi Solo. Kalau tidak memiliki langganan kita tidak bisa produksi," kata dia. (jaka)

(wd)