Hard News

YBI Berharap Lahir Generasi Milenial Pembatik di Solo

Jateng & DIY

03 Oktober 2018 08:08 WIB

Ketua Bidang Humas dan Publikasi Yayasan Batik Indonesia, Titiek Djoko Sumaryono. (solotrust-rum)

SOLO, solotrust.com - Memperingati Hari Batik Nasional (HBN) 2018, Yayasan Batik Indonesia (YBI) menekankan pentingnya regenerasi pembatik.

Ketua Bidang Humas dan Publikasi YBI Titiek Djoko Sumaryono menerangkan, tantangan zaman sekarang ini adalah teknologi digital dan printing. Untuk itu, agar batik maupun pembatik tidak punah, harus dilakukan berbagai upaya pelestarian.



"Kita imbau masyarakat supaya tidak membeli batik printing, memang batik tulis mahal karena prosesnya lama. Kita tidak menutup mata bahwa batik printing bisa untuk sarung bantal sprei. Tapi untuk koleksi sebaiknya batik tulis," tuturnya kepada media usai acara HBN di Ndalem Gondosuli, Laweyan, Solo, Selasa (2/10/2018).

Ia menyadari tidak semua orang mau jadi pembatik karena prosesnya lama dan penghasilannya lebih sedikit dibanding industri lain. Namun, ia khawatir lama-lama tidak ada generasi muda yang mau jadi pembatik, terlebih anak-anak muda cenderung menyukai yang instan.

"Solo menjadi tempat berawalnya batik, ayo generasi muda di Kota Solo ini mau menjadi pembatik. Mari bersama-sama melestarikan batik," ajaknya.

Titiek mencontohkan, anak-anak muda bisa membatik saat waktu luang, misal, pulang sekolah atau bekerja. Meski membatik hanya 10-20 cm saja, tidak apa-apa. Tidak masalah bila membatik selesainya sampai dua bulan.

Adapun jumlah pembatik di seluruh Indonesia, ia mengaku tidak hafal angka pastinya, namun diperkirakan mencapai puluhan ribu dan memang muncul membatik pembatik baru.

Untuk meningkatkan jumlah pembatik, YBI sering memberi penghargaan kepada para pembatik, baik senior maupun pemula. Tidak hanya para pembatik di Jawa, tapi juga di luar Jawa seperti Kalimantan dan Nusa Tenggara Timur.

"Yang di sini jangan terlena karena batik banyak, lalu tidak membuat regenerasi. Kami datang ke Solo untuk membangkitkan minat generasi muda sehingga terjadi regenarasi pembatik," ujarnya.

Saat ditanya mengapa memilih Kota Solo, ia mengaku karena sejak 1880 sudah ada batik di Solo sehingga tepat sebagai Kota Batik. Ia mengajak warga Solo sama-sama menggerakkan generasi muda untuk mengetahui batik dan menjadi pembatik. (Rum)

(way)