JAKARTA, solotrust.com – Sebagian orang tua murid korban gempa di Sulawesi Tengah (Sulteng) masih takut untuk mengizinkan anaknya bersekolah. Mereka masih trauma pascagempa yang telah merobohkan bangunan sekolahnya.
Sebelumnya, sesuai instruksi Presiden Joko Widodo, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memastikan kegiatan belajar mengajar pascagempa di Sulteng akan segera dimulai.
Namun Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengatakan, ada sebagian guru dan orang tua murid yang masih trauma pascagempa M 7,4 yang melanda daerahnya.
“Menteri Pendidikan sudah meminta agar murid-murid masuk sekolah. Namun ada kendala juga, sebagian guru-guru itu trauma, termasuk murid dan orang tuanya tidak mengizinkan anak-anak itu kembali ke sekolah,” urainya saat jumpa pers di Jakarta, Senin (8/10/2018).
Meski begitu, pihaknya terus mengimbau agar proses belajar mengajar segera berjalan. Dalam waktu dekat, ratusan tenda untuk belajar akan dibangun untuk memfasilitasi kegiatan belajar mengajar.
“Ada 240 tenda ruang kelas standar Unicef untuk sekolah yang rusak terdampak likuifaksi,” papar Willem.
Sementara itu Mendikbud Muhadjir Effendy menegaskan akan segera mendata baik siswa, guru, sarana prasarana maupun fasilitas pendidikan yang terdampak gempa. Pihaknya juga akan membangun sekolah darurat dalam rangka mempercepat normalisasi proses belajar agar segera berjalan.
Sebelumnya, gempa M 7,4 terjadi pada Jumat (28/9/2018) pukul 17.02.44 WIB berlokasi 0.18 LS dan 119.85 BT dan jarak 26 km dari utara Donggala, Sulteng. Gempa tersebut memicu timbulnya tsunami di Kota Palu dan sekitarnya yang mengakibatkan banyak bangunan rusak.
(way)