SOLO, solotrust.com - Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menambah dua guru besar di bidang kedokteran. Dua guru besar tersebut berasal dari Fakultas Kedokteran (FK) UNS yaitu Prof Dr Endang Sutisna Sulaeman dr MKes dan Prof Dr Sri Sulistyowati dr SpOG(K).
Endang Sutisna Sulaeman merupakan Guru Besar UNS ke-195 dan di FK merupakan yang ke-39. Sedangkan Sri Sulistyowati merupakan Guru Besar UNS ke-196 dan di FK ke-40. Sidang Senat Terbuka Pengukuhan Guru Besar akan dilaksanakan pada Selasa (11/12/2018) di Auditorium UNS.
Endang Sutisna Sulaeman yang merupakan Guru Besar di Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat akan menyampaikan pidato pengukuhan dengan judul "Membumikan Keadilan, Pemberdayaan, dan Promosi Kesehatan".
Menurut Endang, kesehatan merupakan fenomena yang kompleks yang dapat dikaji dengan berbagai sudut pandang. Selama satu dekade terakhir, agenda kesehatan mengalami dinamika, di antaranya pendekatan pada definisi sempit yaitu kesehatan sebagai teknologi berbasis kedokteran dan intervensi kesehatan masyarakat.
"Selain itu, pemahaman kesehatan sebagai fenomena sosial yaitu membutuhkan aksi kebijakan lintas sektoral, dikaitkan dengan agenda keadilan sosial. Konstitusi WHO 1948 mengakui terdapat dampak kondisi sosial dan politik pada kesehatan, dan kebutuhan kemitraan dengan lintas sektoral untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal," papar Endang dalam sesi jumpa pers, Kamis (6/12/2018).
Sementara, Sri Sulistyowati akan menyampaikan pidato dengan judul "Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu Yang Disebabkan Preeklampsia Dengan Model Disfungsi Endothel".
Dalam pemaparannya, Sulistyowati menyampaikan bahwa preeklampsia secara klinis dapat ditandai dengan adanya hipertensi (tekanan darah Sistole ≥140 mmHg atau tekanan darah Diastole ≥ 90 mmHg) dan proteinuria (≥ 300 mg/24 jam) setelah usia kehamilan 20 minggu.
"Preeklampsia masih merupakan penyumbang utama kesakitan dan kematian pada ibu maupun janin," kata dia.
Merujuk data RSUD Dr Moewardi Surakarta, angka kematian ibu hamil pada tahun 2012 yang disebabkan oleh preeklamsia berjumlah 19 orang dari 30 ibu hamil yang meninggal dan pada tahun 2013 berjumlah 12 orang dari 21 ibu hamil yang meninggal.
"Faktor risiko terjadinya preeklamsia antara lain nulipara (multipara dengan pasangan baru mempunyai risiko yang sama seperti nuli para), hipertensi kronis, diabetes mellitus, penyakit ginjal, obesitas, kondisi hiperkoagulitas (misalnya sindroma anti fosfolipid), usia maternal yang ekstrem (< 20 Tahun atau > 35 tahun ), dan kondisi yang menyebabkan bertambahnya massa plasenta (misalnya kehamilan multifetus dan mola hidatidosa)," jelas dia.
Dari penelitian yang dia dilakukan, disimpulkan bahwa pada hewan model disfungsi endothel terdapat kondisi yang sesuai dengan kondisi ibu hamil preeklampsia yaitu pada Trofoblas.
“Model disfungsi endothel sebagai model preeklampsia direkomendasikan menjadi masukan bagi peneliti untuk menemukan hal yang berkaitan dengan preeklampsia untuk mengetahui penyebab maupun terapi sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu yang disebabkan preeklampsia,” ucap Sulistyowati. (adr)
(way)