Hard News

Wali Kota Surakarta Pukul Gong Tanda Pergantian Tahun 2018 ke 2019

Jateng & DIY

01 Januari 2019 02:07 WIB

Pemukulan gong tanda pergantian tahun 2018 ke 2019 di Panggung hiburan depan Balai Kota Surakarta, Selasa (1/1/2019).

SOLO, solotrust.com – Pukulan gong oleh Wali Kota Surakarta FX. Hadi Rudyatmo diiringi suara othok-othok dan bunyi terompet tepat pukul 00.00 WIB menjadi tanda pergantian tahun dari 2018 ke tahun yang baru 2019 di Panggung Utama depan Balai Kota Surakarta Selasa (1/1/2019). Sebelum dilakukan pemukulan gong terlebih dahulu dilakukan doa tokoh lintas agama.

Memang, Pemkot Surakarta kini tak lagi mengizinkan warganya untuk menyalakan petasan atau kembang api saat malam pergantian tahun, yang telah disebarluaskan melalui surat edaran bernomor 334/3826 tentang Pelaksanaan Perayaan Tahun Baru 2019. Meski begitu, Pemkot tetap memberikan perayaan hiburan berupa seni musik, tarian tradisional, sulap, hingga puncaknya adalah pemukulan gong secara serentak di lima panggung, dilanjutkan bunti-bunyi karawitan. Nuansa Jawa pun kental terasa jauh dari hingar bingar suara petasan pada umumnya saat perayaan malam pergantian tahun.



Selain di depan Balai Kota, adapun empat titik panggung hiburan perayaan malam tahun baru di Kota Solo adalah di depan Loji Gandrung, depan Sriwedari, Ngarsopuro, dan Kawasan Bundaran Gladag yang dikemas dalam gelaran Solo Car Free Night atau hari bebas kendaraan bermotor di malam tahun baru. Car free night dimulai pukul 21.00 WIB hingga pamungkas acara pukul 01.00 WIB. Sehingga ribuan masyarakat tumpah ruah di sepanjang Jalan Slamet Riyadi hingga Jalan Jendral Sudirman Balai Kota.

Bagi Wali Kota, selain aspek keamanan dan kenyamanan warga, perayaan tahun baru dengan meniadakan pesta kembang api mengajarkan arti kesederhanaan bagi masyarakat dan Rudy mengaku tak iri dan mempersoalkan kemeriahan perayaan tahun baru di kota lain yang menggunakan petasan. Justru ide wali kota itu kini juga diterapkan beberapa pemerintahan daerah lain semisal Surabaya, Jakarta, Yogyakarta, Sabang, Tangerang, Palu, serta Pemprov Jawa Barat.

“Lha mbok daripada bakar uang, mending disumbangkan kepada korban bencana alam maupun orang tidak mampu, lebih bermanfaat, atau lebih baik buat uang saku anaknya daripada untuk beli petasan” kata Rudy saat ditemu solotrust.com usai mengisi perayaan malam tahun baru.

 “Daerah lain malah niru lho, DKI Jakarta saja sekarang juga sama dengan kita,” sambung Wakil Wali Kota Achmad Purnomo

Kemudian, adanya othok-othok yang disediakan Pemkot juga menjadi sebuah pelajaran yang luar biasa bagi masyarakat untuk dipetik. Alat permainan berwujud mini itu diharapkan dapat menumbuhkan kreatifitas masyarakat untuk tumbuh berkembang dan melestarikan kebudayaan di Indonesia.

“itu kan salah satu permainan tradisional, terbuat dari sisa-sisa bambu yang dirakit dan bisa berbunyi, harus terus dilestarikan,” ujar Rudy. (adr)

(wd)