Hard News

Hadiri Perayaan Natal Korpri, Rudy: Pemimpin Adalah Pelayan, Musta’in Soroti Isu Agama.

Jateng & DIY

06 Januari 2019 17:11 WIB

Wali Kota Surakarta FX. Hadi Rudyatmo.

SOLO, solotrust.com – Wali Kota Surakarta menghadiri FX. Hadi Rudyatmo menghadiri perayaan Natal Korps Pegawai Negeri (Korpri) di Pendaphi Gede Balai Kota Surakarta Sabtu (5/1/2019) siang.

Perayaan Natal turut dihadiri oleh Wakil Wali Kota Surakarta Achmad Purnomo, Muspida Kota Surakarta dan sejumlah pejabat di lingkungan Pemkot Surakarta serta seluruh anggota Korpri Kristiani di Kota Solo.



Sesuai tema Natal “Yesus Hikmat Bagi Kita” Rudy berpesan kepada seluruh hadirin agar menghormati perbedaan Suku Agama dan Ras.

“Kita harus meneladani apa yang dilakukan Yesus. Berbagi kasih kepada sesama, itu yang diharapkan Tuhan,” ujar Rudy

Bagi dia, pemimpin bukanlah penguasa, pemimpin adalah pelayan. Rudy menanamkan kepada seluruh jajaran Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk benar-benar melayani masyarakat, seperti Tuhan Yesus yang melayani umat Kristiani.

 “Kita harus mau dan mampu menjadi hikmat bagi sesama,” kata Rudy.

Sementara itu, Kepala Kantor Kementerian Agama Surakarta Musta'in Ahmad menyampaikan bahwa pilihan menjadi Korpri agaknya bukan hanya mengenai kesejahteraan hidup, tapi harus diimbangi dengan semangat pelayanan bagi masyarakat.

“Kita harus melakukan pelayanan dengan spirit kerohanian, setiap kali perayaan hari besar agama mengambil nilai positif untuk bermanfaat bagi sesama, seperti tema Natal Yesus Hikmat Bagi Kita,” kata Musta'in.

Selain itu, Musta’in juga menyoroti bagaimana dewasa ini isu yang berkaitan dengan agama masih menjadi senjata ampuh untuk menguasai bangsa dan negara Indonesia. Mereka yang memainkan isu agama bukanlah orang yang ingin Indonesia menjadi negara yang besar melainkan ingin menguasai seluruh sumber daya yang ada di Indonesia.

“Dari isu suku, agama dan ras, agama masih menjadi senjata paling ampuh untuk menjadi kedok menguasai Indonesia, sedangkan suku dan ras sudah sulit untuk dimainkan,” tukasnya.

Musta’in menguraikan ada tiga baris orang dalam memahami agama, pertama tekstual ialah orang yang berpegang pada teks tanpa akal, biasanya kelompok seperti ini mengarah pada radikalisme bergerak menjadi terorisme. Kedua, kelompok yang memahami Tuhan yang memberikan manusia akal, menerjemahkan ayat menggunakan akal, kalau ayat tidak sesuai dengan akal, maka ayat akan ditinggalkan dan membangun akal baru, hal ini memunculkan liberalisme. Ketiga, barisan moderasi agama, barisan inilah yang menarik barisan tekstual dan akal untuk moderasi agama.

“Ini yang sedang kita bangun, moderasi agama, agama hadir untuk memuliakan bukan untuk menciderai dengan dalih agama melukai kelompok-kelompok yang berbeda,” pungkasnya. (adr)

(wd)