SOLO, solotrust.com – Wali Kota Surakarta FX. Hadi Rudyatmo membantah tudingan Pemkot Surakarta mendesain penataan koridor Jendral Sudirman menyerupai desain salib. Dirinya menekankan bila tidak pernah mengarahkan perancang desain untuk memguat simbol agama Kristiani dalam pola penataan batu andesit, terlebih ia juga seorang penganut iman Katolik.
“Salib kan lambang sakral dihormati umat kristiani, masa ditaruh di bawah dilewati mobil dan motor, harusnya di atas, berarti saya tidak memahami Iman kepada Kristus, bisa dimarahi teman-teman gereja saya,” ujar Rudy kepada wartawan di Balai Kota, Rabu (16/1/2019).
Rudy beranggapan bahwa foto yang ramai diperbincangkan lini media sosial terkait penataan batu andesit yang tampak dari atas di Tugu Pemandengan koridor Jensud itu tidaklah menyerupai salib. Dalam Agama Katolik, kata dia, lambang Salib memiliki ketentuan khusus. Baginya, justru merupakan perbuatan bodoh dan melecehkan agama sendiri jika ia mengarahkan desain tersebut dengan gambar salib.
“Mulai dari ukuran panjang, kemudian juga harus ada gambar Yesus dan lainnya. Adalah salah jika desain tersebut dibilang salib,” tukasnya.
Sementara itu, Taufik Basuki selaku Sekretaris Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Surakarta, Taufan Basuki menegaskan bila desain tersebut ada kaitanya dengan unsur agama, melainkan sebuah kearifan lokal.
“Bukan salib, tidak ada yang mengarah ke salah satu agama, itu adalah desain delapan arah mata angin, yang menjadi bagian dari filosofi Tugu Pemandengan yang ada kaitannya dengan Keraton, dan desain akan nampak jika dilihat secara keseluruhan dari Tugu Pemandengan hingga Gladag, jangan hanya dilihat secara parsial,” jelas Taufan. (adr)
(wd)