Hard News

Pengamat Politik UNS Sebut Debat Capres Cawapres Moment Penting Swing Voters Tentukan Pilihan

Jateng & DIY

18 Januari 2019 09:37 WIB

Ilustrasi. (grafis/prima)

SOLO, solotrust.com - Debat perdana calon presiden – calon wakil presiden dalam Pilpres 2019 berlangsung pada Kamis (17/1/2019) malam di Hotel Bidakara, Jakarta. Hukum, Hak Asasi Manusia (HAM), Terorisme dan Korupsi menjadi tema yang diperbincangkan selain visi dan misi masing-masing paslon yang diikuti nomor urut 1 Joko Widodo – Ma’ruf Amin dan nomor urut 2 Prabowo Subianto – Sandiaga Uno.

Menurut Pengamat Politik Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Agus Riwanto menuturkan, debat sejatinya adalah wahana kampanye masing-masing paslon untuk menghantarkan persepsi masyarakat memantapkan pilihannya.



“Kalau melihat konteks debat itu sebetulnya memengaruhi pemilih. Debat menjadi media kampanye langsung Capres-Cawapres untuk menyampaikan visi-misi, program dan komunikasi publik untuk meyakinkan masyarakat melalui tema yang diperdebatkan, yang jika memberikan solusi yang terbaik bagi publik, kemungkinan besar dapat mempengaruhi subyektifitas pemilih," kata Agus saat kepada solotrust.com di UNS, Kentingan, Solo, Jumat (18/1/2019)

Agus menguraikan, ada dua kelompok pemilih yang menjadi sasaran dalam tahapan debat ini. Pertama adalah pemilih pemula atau disebut pemilih millenial dan kedua, adalah swing voters, mereka yang belum menentukan pilihan.

“Tapi yang dipengaruhi tidak semua, loyalis-loyalis kemungkinan sulit beralih pilihan. Ada dua pemilih yang bisa dipengaruhi, pemilih pemula atau millenial, kedua adalah pemilih yang belum menentukan arah pilihannya. Debat bakal mempengarui suara publik jika paslon dapat memberikan kerangka atas solusi permasalahan publik sehingga mindset millennial ataupun swing voters dapat lebih terbuka untuk menentukan pilihan dari hasil debat itu," bebernya.

Menurutnya, berdasarkan data Daftar Pemilih Tetap (DPT) Komisi Pemilihan Umum 2019, kelompok millennial rentang usia 17 – 20 tahun dalam Pilpres berjulah sekitar 17 juta pemilih sedangkan pemilih yang belum menentukan pilihan ruangnya ada sekitar 82 juta pemilih dengan rentang usia 21-40 tahun.

"Kelompok inilah yang menjadi sasaran debat, memang dilihat konteksnya kalau sesuai dengan keinginan publik dalam kerangka memberi solusi terbaik atas permasalahan publik bisa mempengaruhi mindset pemilih, dan elektabilitas Paslon,” papar Agus.

Ia menambahkan berkaca pada Pilpres tahun 2014 yang juga mempertemukan Calon Presiden Jokowi dengan Prabowo debat begitu memberikan pengaruh yang signifikan. Hasil dari debat tahun 2014 lalu memperlihatkan bila pemilih Jokowi lebih loyal dan pemilih Prabowo cenderung fluktuatif.

“Dari hasil survey sejumlah Lembaga, debat memiliki besar besar kemungkinan mempengaruhi signifikansi pemilih, dulu banyak pemilih Prabowo beralih memilih Jokowi,” ujar dia.

Usai debat perdana yang berlangsung Kamis (17/1/2019) malam kemarin, para calon presiden atau calon wakil presiden masih akan dipertemukan kembali dalam empat kali debat sesuai yang dijadwalkan oleh KPU. Setiap debat akan mengusung tema yang berbeda dari sebelumnya, meliputi energi dan pangan, pendidikan, kesehatan, hubungan internasional hingga keuangan dan investasi. (adr)

(wd)