SOLO, solotrust.com - Yayasan Kampung Halaman Yogyakarta meluncurkan karya album bertajuk "2500 Kalori". Penulisan lagu-lagu dalam album itu berawal dari riset tentang remaja dan pangan serta kegelisahan untuk menemukan cara mendekatkan remaja Indonesia dengan obrolan sederhana tentang pangan.
"Lewat 2500 Kalori ini, kami ingin mengajak remaja lebih peka dan kritis pada kebutuhan dasar mereka yaitu makanan sebagai sumber energi dan gizi," tutur Yusuf Safary, perwakilan Yayasan Kampung Halaman Yogyakarta, Sabtu (9/3/2019).
Album 2500 Kalori Vol 2 berisi kompilasi 15 karya lagu tentang pola konsumsi, keberagaman selera dan cara makan, ragam bahan pangan sejarah kuliner Indonesia, dan pertanian yang adil dan berkelanjutan.
2500 Kalori adalah angka kecukupan energi rata-rata harian yang dianjurkan untuk remaja laki-laki dan perempuan usia 15-24 tahun. Fakta itu dijadikan judul album musik sebuah kompilasi yang terdiri dari 29 karya musik dari 29 band dengan berbagai genre musik. Masing-masing band membuat lagu berdasarkan pengalaman keseharian mereka tentang serba-serbi makan dan pangan.
"Kami harap remaja dan anak muda sedikitnya dapat dua manfaat, menikmati musiknya sekaligus berpikir kritis. Kami juga berharap 2500 Kalori didengar oleh sebanyak mungkin orang. Silakan memberikan apresiasi dengan membeli album fisik dan digitalnya,” imbuhnya.
Album Vol 1 sudah diluncurkan pada 2017. Album Vol ke-2 yang terdiri dari 14 karya musik diluncurkan pada Hari Musik Nasional, 9 Maret 2019 di studio musik bersejarah Lokananta Solo.
Proses kolaborasi album ini dimulai tahun 2016. Musisi melakukan pengamatan pada pengalaman dekat terkait makan dan pangan saat proses riset dan menulis lirik lagu.
Adapun para musisi yang bergabung dalam album ini antara lain Sisir Tanah (Lagu Harapan), Terasering (Mengingatlah), Gorong-Gorong (Sang Penanam), Sabai (Daulat Pangan), Agoni (Sesaji Untuk Dewa Kapital), Za And The Alien Colony (Oak’s Latter), Jong’s Partij (Grasshoper), Mengayun Kayu (Kisah), Messedpot (As Long As), Noemi (Etalase), Suar (Sajak Si Pemabuk), Rubah Di Selatan (Water), Secangkir Senja (Negeri), Summerchild (Intisari), dan Akar Pijar (Lazim Mati Kemari).
Lokananta adalah studio rekaman musik pertama dan satu satunya milik negara, berdiri tahun 1956. Memiliki beragam koleksi penting seperti rekaman pidato kenegaraan Presiden Soekarno dan ribuan lagu daerah dari seluruh Indonesia.
Lokananta menjadi tempat lahirnya beragam karya musik, dari seniman senior seperti Gesang, Waldjinah, Titiek Puspa, sampai seniman jaman sekarang seperti Efek Rumah Kaca, dan White Shoes and the Couples Company.
Marketing Lokananta, Sriyono menjelaskan, Konser 2500 Kalori adalah program penting bagi Lokananta sebab bisa memperkenalkan Lokananta kepada musikus indie.
"Usai konser, musis-musisi penampil yang berasal dari berbagai daerah sekitar Solo kembali ke Lokananta setelah acara. Menghidupkan lagi Lokananta dengan karya-karya musik," ujarnya.
Terkait jangkauan karya musik, informasi tentang album 2500 Kalori sudah sampai di Library Of Congress. Library of Congress adalah perpustakaan terbesar di dunia yang memiliki jutaan koleksi yang terdiri dari buku, rekaman, foto, koran, peran dan manuskrip.
Konser 2500 Kalori didahului diskusi interaktif di Studio Lokananta, Sabtu (9/3/2019) pukul 13.00 WIB sampai selesai sebagai ruang bagi remaja dan anak muda untuk berinterpretasi dan berdialog seputar musik dan pangan. Menghadirkan Soni Triantoro (Warning Magz), Aton Rustandi (Etnomusikolog), Diandra Pratami (World Food Program Indonesia), Iwan Pribadi (Moderator), dan para musisi Album 2500 Kalori Vol 2.
"Kehadiran Album 2500 Kalori tidak hanya sekedar mengingatkan tentang hitungan kalori, tetapi karya-karya di dalamnya yang memasuki relung hati, menjadi pengalaman personal yang berbeda bagi setiap pendengarnya," jelas Yusuf. (Rum )
(way)