SOLO, solotrust.com - Kemajuan industri animasi suatu negara ternyata tidak hanya bergantung pada kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM). Menurut Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Sebelas Maret (UNS) Drs Ahmad Adib, kekayaan budaya juga bisa menjadi kekuatan dalam mengembangkan industri animasi, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
"Animasi sebenarnya yang dinilai tidak hanya teknisnya saja, tapi juga tematiknya yang diangkat. Mungkin kita tahu animasi Superman luar biasa bagusnya. Tapi nyatanya, animasi Shin Chan dari Jepang, dari segi teknis (gambar) jelek banget. Tapi kontennya kan tepat sekali, dengan segala (cerita) kelucuan dan kenakalannya," papar Ahmad saat ditemui wartawan usai acara penghargaan DXC Animation Challenge di Gedung Kanopi FSRD UNS, Selasa (15/11).
Indonesia kata Ahmad, sebenarnya memiliki segudang tema yang bisa dijadikan inspirasi dalam berkarya. "Untuk Indonesia tidak pernah kekurangan tema. Budaya berapa, cerita rakyat berapa banyak," terangnya.
Melihat potensi itu, Ahmad pun yakin bahwa industri animasi Indonesia memiliki masa depan yang cerah. Apalagi, sekarang ini sudah banyak perusahaan-perusahaan animasi yang didirikan, dan universitas-universitas jurusan animasi juga sudah mulai bermunculan. Selain itu, banyak juga acara-acara yang diadakan untuk mengapresiasi karya para animator muda Tanah Air.
Meski saat ini industri animasi Indonesia masih merangkak untuk bangkit, namun sudah banyak animator-animator Indonesia yang berkiprah di kancah dunia. Sebut saja seperti Ronny Gani, Griselda Sastrawinata, Rini Sugianto yang sering terlibat dalam produksi film populer Hollywood. Prestasi-prestasi mereka itu bisa digunakan sebagai pemantik generasi muda berikutnya.
(mia-way)
(Redaksi Solotrust)