SOLO, solotrust.com – Hajad ndalem malam selikuran atau malam 21 bulan Ramadan telah ditetapkan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat jatuh pada Sabtu (25/5/2019) malam. Tradisi unik menyambut Malam Lailatul Qodar tersebut digelar di Pelataran Masjid Agung Surakarta.
Dalam tradisi tahunan ini ditandai dengan prosesi kirab tumpeng sewu, tumpeng diletakkan pada ancak cantaka kemudian diarak bersama dengan iring-iringan lampu ting yang dibawa oleh para abdi dalem keraton. Tumpeng sewu ini sebagai wujud syukur atas berkah yang diberikan Tuhan.
Baca juga: Keraton Kasunanan Surakarta Gelar Tingalan Dalem Jumenengan ke-15
Berbeda dari gelaran tahun sebelumnya di mana kirab menempuh jarak sejauh tiga kilometer dari Keraton Kasunanan menuju Joglo Sriwedari. Tahun ini kirab dimulai dari Sasana Sewaka Keraton menuju Masjid Agung. Kirab dimulai usai pelaksanaan Salat Tarawih di Masjid Agung sekitar pukul 20.00 WIB.
"Setelah dihitung, malam selikuran jatuh pada 25 Mei 2019 atau malam 26 Mei," ujar Pengageng Parentah Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, KGPH. Dipokusumo kepada wartawan, Kamis (23/5/2019)
Penetapan itu diputuskan melalui rapat di Sasana Putra, Keraton Surakarta, Selasa (21/5/2019). Menurut pria yang akrab disapa Gusti Dipo itu, penggunaan Pelataran Masjid Agung lantaran kawasan Sriwedari sedang dilaksanakan proyek pembangunan. Akan tetapi, perbedaan latar tersebut tidak mempengaruhi kekhidmatan prosesi dalam menyambut malam sepuluh hari terakhir Ramadan ini.
"Di Sriwedari maupun di Masjid Agung tidak masalah. Pelaksanaan hajad ndalem ini memang awalnya digelar di Masjid Agung. Kemudian pindah di Sriwedari, tapi tahun ini kembali di Masjid Agung," kata dia.
Sementara itu, Pemkot Surakarta mendukung penuh penyelenggaraan tradisi budaya Kota Solo tersebut. Menurut imbuh Kasi Pelestarian Cagar Budaya dan Museum, Dinas Lebudayaan Kota Surakarta, Bambang MBS kegiatan malam selikuran merupakan sebuah budaya asli yang wajib dijaga dan dilestarikan keberadaannya.
"Kegiatan ini penuh makna dan filosofi dari sisi religiusitas, yang jelas pemerintah mendukung supaya tradisi budaya asli Solo ini semakin besar dikenal masyarakat luas,". Ucap Bambang. (adr)
(wd)