GUNUNGKIDUL, solotrust.com- Kemarau panjang yang terjadi sejak April membuat warga Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami krisis air bersih. Warga yang sehari-harinya mengkonsumsi air tadah hujan kini hanya mengandalkan bantuan dropping air dari pemerintah. Terhitung ada 14 kecamatan di Gunungkidul mengalami kekeringan.
Baca juga: Potensi Kekeringan, ACT Siap Pasok Air Bersih
Salah satunya di Kecamatan Girisoba, pemandangan antrian jerigen kosong terjadi saat truk tanki akan dropping air bersih. Warga yang sehari-harinya mengandalkan air tadah hujan mulai kebingungan setelah air cadangan yang mereka miliki sudah mulai habis.
Anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Fauzan yang ikut melakukan dropping air bersih kepada warga mengatakan, dalam satu hari pihaknya melakukan dropping di 5 titik sekaligus, dimana untuk satu desanya mendapatkan empat tangki.
“Setiap tahun, setiap musim kemarau memang seperti ini, jadi warga kekurangan air, kering sekali.” Jelas Fauzan.
Sementara itu warga mengaku sudah kesulitan mendapatkan air bersih sejak 4 bulan terakhir atau tepatnya saat warga musim bertanam kacang. Air bersih bantuan pemerintah ini sangat berguna bagi masyarakat. Air bersih digunakan warga untuk keperluan sehari-hari, baik untuk minum, memasak dan mencuci pakaian.
“Kangge masak, kangge ngoten niku pak wong nggih mung saking bantuan (Untuk masak, untuk ya begitulah pak, ya Cuma dari bantuan)” tutur warga Dusun Papringan, Parjono.
Di Kabupaten Gunungkidul sendiri tercatat ada 14 kecamatan yang mengalami krisis air bersih, dengan jumlah warga terdampak sebanyak 100 ribu jiwa. BPBD DIY sendiri telah melakukan dropping air bersih ke sejumlah kecamatan diantaranya, Purwosari, Girisubo, Rongkop, Tepus, Paliyan, dan Panggang. (adam)
()