SOLO, solotrust.com - Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) melalui Deputi Fasilitasi Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan Regulasi bekerja sama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Batik menyelenggarakan Sertifikasi Profesi Batik di Solo Paragon Hotel & Residences, Rabu-Kamis, 2-3 Oktober 2019. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman bahwa sertifikat kompetensi sangat penting dalam meningkatkan daya saing, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Baca: Jadi Tuan Rumah Bekraf, Solo Akan Manjakan Sobat Ambyar
Dalam acara Sertifikasi Profesi Batik tersebut, hadir sebagai narasumber yaitu Sabartua Tampubolon (Direktur Harmonisasi Regulasi dan Standardisasi Bekraf), Hasta Gunawan (Kepala Dinas Pariwisata Kota Surakarta/Solo), Budi Triwinanta (Kasubdit Standardisasi dan Sertifikasi Bekraf) dan Soebagyo (Direktur LSP Batik Indonesia).
"Jadi di Bekraf ada 3 sasaran strategis. Pertama adalah peningkatan PDB ekonomi kreatif. Kedua, peningkatan jumlah tenaga kerja ekonomi kreatif. Dan ketiga peningkatan devisa ekspor ekonomi kreatif. Kegiatan seritifkasi profesi adalah untuk sasaran yang kedua, peningkatan tenaga kerja ekonomi kreatif. Sampai sekarang per tahun 2019, data statistik menunjukkan ada 17 juta tenaga kerja ekonomi kreatif, yang 8,2 juta di antaranya adalah pelaku usaha," paparnya usai pembukaan program sertifikasi, Rabu (2/10/2019) malam.
Menurutnya, untuk dapat disebut sebagai tenaga kerja ekonomi kreatif harus memenuhi definisi antara lain orang yang bekerja memberikan nilai tambah, ada proses kreatif di dalamnya dan bersumber dari budaya atau ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu pelaku ekonomi kreatif harus punya pengetahuan dan sikap dalam pengembangan karir di bidang ekonomi kreatif. Oleh karena itu, Bekraf dalam 3 tahun terakhir ini mendorong terus program sertifikasi ini karena standar kemampuan dibutuhkan dalam persaingan usaha.
Misal pengrajin batik, ketika ada orang luar negeri atau tenaga kerja asing yang datang ke Indonesia dan mereka jauh lebih kompeten maka pasar Indonesia cenderung dikuasai mereka. Untuk memagari pasar Indonesia dapat dilakukan apabila tenaga kerja ekonomi kreatif sudah punya kemampuan yang memadai. Boleh disebut sertifikasi ini sebagai bagian dari persaingan dunia. Dengan adanya perdagangan bebas dunia, daya saing Indonesia akan kuat kalau di dalam negeri juga ada tenaga kerja yang kompeten melalui sertifikasi.
Berdasar data, dalam 3 tahun ini Bekraf sudah mensertifikasi sebanyak 3.942 pelaku ekonomi kreatif. Pihaknya mengharapkan di tahun-tahun mendatang sertifikasi lebih masif lagi. Sedangkan berdasar data Kementerian Perindustrian, jumlah pembatik sekitar 600 ribuan. Memang belum terlalu signifikan bila dilihat dari data, sebab yang tersertifikasi Bekraf baru 4 ribuan dari 600 ribuan. Untungnya, sertifikasi tidak hanya dari Bekraf tapi juga kementerian lain. Meski begitu, pihaknya menilai, jumlah pelaku ekonomi kreatif yang tersertifikasi kompetesi belum mencapai separuhnya.
"Oleh karena itu kami bekerjasama dengan lembaga sertifikasi karena menyadari bahwa sertifikasi menjadi sesuatu yang penting di masa mendatang. Melalu sertifikasi kemampuan dapat ditingkatkan sehingga dapat bersaing di persaingan perdagangan dunia yang sengit ini," tegasnya.
Baca: Potensial Digitisasi dan Monetisasi Audio Visual, Bekraf Gelar Workshop di Solo
Salah seorang pembatik asal Tirtomoyo Wonogiri, Mulyani (25), mengaku senang mendapat fasilitas sertifikasi kompetensi dari Bekraf. Melalui program ini pihaknya merasa sebagai pembatik akhirnya mendapat perhatian dari pemerintah. (Rum)
(wd)