Solotrust.com- Tokoh Punakawan dalam pewayangan memang tidak bisa dilepaskan dari cerita Mahabharata maupun Ramayana. Namun Punakawan bukan merupakan bagian dari tulisan yang dibuat oleh Wlmiki maupun Begawan Abiyasa. Punakawan merupakan ciptaan asli dari para pujangga Nusantara.
Punakawan sendiri terdiri dari dua suku kata “Puna” yang berarti paham dan “kawan” yang berarti teman. Jadi arti dari Punakawan ialah teman yang memahami. Apabila dihubungkan dengan cerita – cerita yang menaunginya, punakwan merupakan sebuah abdi yang selalu setia kepada tuannya.
Punakawan adalah abdi yang memahami kegelisahan dari majikannya. Mereka akan selalu menghibur tuannya apabila sang tuan bersedih hatinya. Selain itu terkadang Punakawan juga bisa menjadi penasehat majikannya.
Punakawan sendiri muncul pertama kali diperkenalkan oleh Mpu Panuluh dalam cerita Gatotkacasraya yang merupakan gubahan dari cerita Mahabharata. Mpu Panuluh sendiri hidup pada masa kerajaan Kadiri di bawah pemerintahan Sri Jayabaya. Pada cerita Gatotkacasraya, diceritakan tentang bantuan Gatotkaca terhadap sepupunya bernama Abimanyu yang berusaha menikahi putri dari Sri Kresna. Dalam cerita tersebut, Abimanyu mempunyai tiga punakawan yakni Jurudyah, Punta dan Prasanta. Ketiganya dianggap menjadi punakawan pertama dalam sejarah kesusastraan Jawa. Ketiganya saat itu berperan sebagai pengikut saja.
Setelah ketiga punakawan tersebut tercipta maka punakawan berikutnya ialah Semar. Tokoh punakawan Semar muncul pertama kali pada karya sastra bernama Sudamala saat zaman kerajaan Majapahit.
Sunan Kalijaga seorang yang merupakan ahli dalam hal budaya sering mementaskan tokoh Semar dengan porsi yang lebih besar dari pada yang dikisahkan dalam sudamala. Dalam perkembangan selanjutnya peran Semar semakin meningkat karena para pujangga – pujangga di tanah Jawa dalam karya sastranya bukan hanya menyebutkan Semar sebagai rakyat belaka saja, namun juga sebagai penjelmaan dari Batara Ismaya kakak dari Batara Guru raja para dewa.
Di beberapa daerah tokoh Semar pasti selalu ada dalam pementasan wayang sebagai salah satu punakawan. Yang berbeda hanya pasangannya dan mereka pasti akan muncul di adegan setelah goro – goro yang diletakkan di tengah alur cerita wayang. Namun saat ini akibat dari kesalahpahaman punakawan selalu muncul disaat goro – goro tiba.
Pewayangan di Jawa Tengah seringkali menggunakan punakawan Semar beserta anak – anaknya, yakni Gareng , Petruk, Bagong, tapi juga terkadang menggunakan punakawan dari golongan raksasa, yakni Togog dan Bilung.
Kalau di pementasan wayang golek dari Sunda, anak dari Semar menjadi berubah namanya, yakni Cepot, Dawala dan Gareng. Sedangkan dalam pewayangan gaya Bali biasanya tokoh punakawan ksatria bernama Tualen dan Merdah sedangkan untuk golongan pengikut jahat bernama Delem dan Sogut. Sementara untuk gaya Jawa timuran biasanya Semar hanya dengan Bagong serta anak Bagong yang bernama Besut. (dd/ dari berbagai sumber)
(wd)